Neon meredup, bayangan kabur, aspal basah Hujan rintik, ritme kota melambat. Payung warna-warni, wajah tersembunyi Bau petrichor menyatu dengan aroma ramen
Cahaya lampu jalan memantul di genangan air.
Jejak langkah menghilang, tertelan keheningan. Aku terkunci di lemari apartemen bawah tanah.
Gedung pencakar langit menjulang tinggi seolah tak peduli dengan dunia di bawahnya
pria tua duduk di sudut gang menatap hujan dengan mata sayu. Membayangkan bunga api Hirosima.
Kenangan masa lalu berputar dalam pikirannya.Â
Di kejauhan, kereta shinkansen melintas
Anak-anak bermain lompat-lompatan di genangan air. Tawa mereka memperlambat gerak kaki kaki hujan, menghidupkan suasana sejenak, kekhawatiran dan kesibukan terlupakan.
 Hanya ada hujan, kota, dan kerinduan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H