Pentingnya pengalaman belajar partisipatif, seperti diskusi kelompok dan simulasi pemilu, menjadi relevan dalam konteks ini. Metode ini memungkinkan siswa untuk memahami praktik demokrasi secara langsung, meskipun kebijakan negara tidak mendukung sepenuhnya (Prabowo, 2023).
Relevansi Filsafat John Dewey
Pemikiran John Dewey tentang pendidikan sebagai pengalaman belajar yang partisipatif memiliki relevansi tinggi dalam membentuk pendidikan demokrasi di negara-negara berkembang. Dewey berargumen bahwa pendidikan harus menciptakan lingkungan di mana siswa dapat belajar melalui interaksi sosial dan refleksi kritis. Dalam konteks otoriter, pendekatan ini dapat membantu siswa memahami nilai-nilai demokrasi meskipun ruang kebebasan dibatasi.
Namun, penerapan ide-ide Dewey sering kali terhalang oleh resistensi dari institusi pendidikan yang konservatif. Banyak sekolah di negara berkembang masih mengadopsi metode pengajaran tradisional yang tidak memberikan ruang bagi siswa untuk berdiskusi secara bebas (Muliadi, 2023).
Tantangan dalam Implementasi Pendidikan Demokrasi di Negara Berkembang
Implementasi pendidikan demokrasi di negara berkembang menghadapi tantangan besar, termasuk:
- Keterbatasan Sumber Daya
Banyak sekolah di negara berkembang kekurangan infrastruktur dan bahan ajar yang mendukung pendidikan demokrasi. Tanpa sumber daya yang memadai, guru sulit menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. - Kontrol Politik
Sistem politik yang cenderung otoriter membatasi ruang bagi guru dan siswa untuk mengeksplorasi nilai-nilai demokrasi. Kurikulum sering kali diawasi ketat untuk memastikan kesesuaiannya dengan ideologi pemerintah. - Kurangnya Pelatihan Guru
Guru sering kali tidak memiliki pelatihan yang memadai untuk mengajarkan nilai-nilai demokrasi. Mereka cenderung fokus pada aspek kognitif dari pendidikan kewarganegaraan, sementara aspek afektif dan partisipatif sering terabaikan (Rube'i & Suhaida, 2021). - Ketimpangan Digital
Di era teknologi, akses terhadap sumber daya pendidikan digital menjadi penting. Namun, kesenjangan digital antara siswa di daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah besar (Mujakir, 2023).
Peluang untuk Pendidikan Demokrasi
Meskipun tantangan tersebut signifikan, peluang untuk memperkuat pendidikan demokrasi tetap ada. Beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan adalah:
- Peningkatan Kesadaran Global
Gerakan global untuk pendidikan inklusif dan demokratis menciptakan tekanan bagi negara-negara berkembang untuk mereformasi sistem pendidikan mereka. - Integrasi Teknologi
Teknologi dapat digunakan untuk memperluas akses terhadap sumber daya pendidikan demokrasi. Platform digital memungkinkan siswa dan guru untuk mengakses materi yang mungkin tidak tersedia secara lokal (Yudianto & Fauziati, 2021). - Pendidikan Multikultural
Integrasi nilai-nilai multikultural dalam kurikulum dapat membantu siswa menghargai keragaman dan membangun masyarakat yang lebih inklusif (Khoirunnisa, 2022). - Kolaborasi Antarpemangku Kepentingan
Kerja sama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan demokrasi, bahkan di tengah kendala politik (Aqilla, 2024).
Kesimpulan
Dinamika pendidikan demokrasi dalam konteks kebijakan otoriter di negara berkembang menunjukkan adanya tantangan yang signifikan, tetapi juga peluang yang menjanjikan. Filsafat pendidikan modern, terutama pemikiran John Dewey, memberikan dasar yang kuat untuk menciptakan sistem pendidikan yang mendukung nilai-nilai demokrasi. Namun, keberhasilan implementasi pendidikan demokrasi membutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, guru, dan masyarakat. Dengan mengatasi tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan resistensi politik, pendidikan dapat menjadi alat yang efektif untuk membangun masyarakat yang lebih demokratis.
Sumber