Sore itu awan hitam memayungi kota Konya dan tak lama kemudian turunlah gerimis membasahi tanah air orang-orang Turki Seljuk tersebut. Dan dengan indahnya, pelangi muncul menghiasi langit sore yang panjang dimusim semi yang kelabu. Aku baru saja menginjakkan kaki di kota Konya setelah melalui perjalanan panjang dari Pamukkale.Â
Seturunnya dari bus, kami berpencar disekitar Mevlana Square. Orang-orang melangkahkan kakinya menuju sesuatu yang menjadi passion-nya dalam perjalanan ini; ada yang berfoto-foto, berbelanja oleh-oleh dan mencari kafe terdekat. Sementara aku kebingungan, entah mau bertanya kepada siapa, apa yang harus kulakukan mengingat waktu yang sempit.Â
Akhirnya kumemutuskan untuk mencari jalan masuk ke mausoleum Mevlana Jalaluddin Rumi. Menurut informasi, makam tersebut akan segera tutup untuk pengunjung hari itu.Â
Beliau dikatakan sebagai sultannya "cinta" karena ajaran sufinya yang berfokus pada ajaran cinta terhadap Tuhan. Pencerahan jiwa yang dialami oleh Rumi tak terlepas dari peran Shamsuddin At Thabrizi yang disebut-sebut sebagai guru spiritualnya. Kitab Mastnawi merupakan karya fenomenal beliau selain tarian the Whirling Dervish.Â
Setelah googling, ternyata pementasan Whirling Dervish di Konya dilakukan setiap Sabtu malam (yaaaaaa...). Tarian ini menggambarkan ekstase yang dialami seorang pecinta (hamba) terhadap penciptanya.
Sungguh sebuah pemakaman yang artistik dan memanjakan mata yang bertahan melintasi zaman. Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke kota Konya dan mengeksplore kekayaan alam, sejarah dan budayanya yang agung dan indah bagaikan pelangi dimusim semi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI