Editor: Taufik Kurrohman & MHD. Luthfi
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autis merupakan gangguan perkembangan saraf. Autis tidak bisa disembuhkan, karena autis sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah gangguan yang juga anugerah dari Tuhan.Â
Jadi autis sendiri dapat dikontrol dan diajari untuk bersikap normal agar diterima oleh masyarakat dengan bantuan terapi dari terapis. Gangguan tersebut memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Jadi memang sudah sewajarnya, apabila anak autis berperilaku tidak senormal manusia pada umumnya.
Ada beberapa ciri yang mungkin dapat Kita ketahui mengenai anak autis yaitu sebagai berikut:
- Terlambat bicara
- Sulit berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain
- Melakukan hand flapping (gerakan tangan seperti mengepakkan sayap)
- Ekolalia (mengulang ucapan yang ditanyakan kepadanya)
- Suka menyusun benda secara berurutan
- Kesulitan mengontrol emosi
- Melakukan kegiatan yang sama berulang kali secara impulsive
- Tidak mengerti cara bermain dengan orang lain
- Melakukan stimming, yaitu gerakan berulang seperti memainkan jari, memaju-mundurkan badannya, bertepuk tangan.
- Memiliki masalah sensori
Ketika kita menemui anak dengan gangguan autis yang sedang mengekspresikan diri dengan caranya dan mungkin dianggap tidak normal oleh masyarakat. Maka, ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat menenangkan anak autis.
Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan penderita autis, ada beberapa hal yang boleh dan bahkan sebaiknya dapat kita lakukan, bagi orang tua atau orang-orang yang ada dilingkungan terdekat penderita autis, hendaknya memahami atau mencari tahu apa-apa saja yang dapat membuat anak autis menjadi terganggu.Â
Setelah mengetahui apa yang dapat membuatnya terganggu selanjutnya ajarkan pula pada sang anak untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya hingga ia berhasil melakukannya.Â
Boleh juga untuk berkonsultasi dengan ahli yang dalam hal ini yakni para psikolog anak guna membantu orang tua atau orang terdekatnya dalam mendidik dan membesarkan anak autis.
Jangan pernah memaksakan anak autis untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa verbal seperti layaknya anak normal, karena anak autis terkendala oleh adanya gangguan bicara atau gangguan bahasa yang dimilikinya.Â
Sehingga, orang tua atau orang terdekatnya sebaiknya berupaya menemukan cara komunikasi yang efektif, hal ini boleh dilakukan dengan komunikasi verbal, sentuhan, intonasi kalimat, cara memandang, dan bahkan bahasa tubuh. Lakukanlah observasi dan percobaan dengan kreatif sampai menemukan gaya komunikasi yang cocok.
Ketika berinteraksi atau memberikan pengajaran bagi penderita autisme, hendaknya kita perlakukan mereka dengan baik, jangan sampai membuat anak autis menjadi tertekan atau stres yang diakibatkan oleh perintah atau cara berkomunikasi kita yang kurang tepat.Â