Mohon tunggu...
Taufik Indrianto Aprizar
Taufik Indrianto Aprizar Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa FISIP UHAMKA

Doa dan Usaha adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Representasi Konflik Hubungan Antar Pribadi dalam Film "Soul"

1 Februari 2021   10:00 Diperbarui: 1 Februari 2021   10:13 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FilmSoul” yang menceritakan perjalanan Joe, seorang guru musik honorer yang bercita-cita sebagai pianis Jazz dan tampil di panggung besar. Sayangnya, setelah mendapatkan tawaran bermain bersama musisi jazz, Joe masuk ke lubang jalanan dan jiwanya masuk ke dunia lain yang bernama The Great After atau tempat jiwa orang yang akan meninggal. Joe melarikan diri dan terjatuh ke dunia The Great Before atau tempat jiwa-jiwa orang yang akan lahir. Disanalah dia bertemu Twenty Two, jiwa muda yang mengaku tidak berminat untuk turun ke bumi.

Dalam film ini, saya menemukan beberapa konflik hubungan antar pribadi yan dapat kita pelajari. Menurut Vander Zanden (1984), konflik merupakan bentuk interaksi manusia baik secara individual maupun kelompok memersepsikan diri mereka sebagai yang terlibat dalam perjuangan mengenai sumber-sumber atau nilai-nilai sosial. Orang-orang yang terlibat konflik merasakan diri mereka terasing atau tujuannya dengan tujuan orang lain berbeda yang akhirnya berkonflik.

Konflik Joe dengan Ibunya

Pada adegan ini, Ibu Joe yang tidak setuju Joe lebih menerima tawaran tampil di klub dibandingkan menjadi guru musik di sekolah. Ibunya berasumsi bahwa menjadi musisi tidak dapat menghasilkan yang lebih dibandingkan menjadi guru. Joe akhirnya kesal dan  berbicara dengan Twenty Two ingin ke penjahit lainnya karena ibunya tidak pernah mengerti apa yang dia lakukan di hidupnya. Sayangnya, Twenty Two mengucapkan hal yang sama kepada ibu Joe. Joe dan Ibunya terkaget dengan perkataan itu. Ibu Joe sangat marah dengan perkataannya itu. 

Akhirnya Joe meminta Twenty Two mengulangi perkataannya yang baru untuk ibunya. Joe menceritakan apa alasan dia ingin menjadi musisi dan mengeluarkan semua kegelisahannya. Joe berkata “Aku takut jika hari ini aku mati. Itu berarti hidupku tidak akan berarti”. Mendengar itu, Ibu Joe terkejut anaknya berkata seperti itu. Akhirnya ibunya memberikan dia jas milik almarhum ayahnya untuk Joe bermain nanti malam.

Dari adegan tersebut konflik yang terjadi karena perbedaan pendapat antara Joe dan ibunya tentang masa depan Joe. Ibu Joe yang merupakan kepala keluarga pastinya mempunyai kekuasaa  dan memberikan jalan yang terbaik untuk Joe. 

Di sisi lain Joe juga memiliki keinginan menjadi musisi jazz. Konflik ini dinamakan substantive conflict yang merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan dalam suatu kelompok. Lalu, konflik saat Joe marah dan ingin pergi ke tempat penjahit lain itu disebut emotional conflict yang terjadi karena adanya perasaan marah, tidak percaya, dan tidak simpatik.

Selanjutnya, saat Joe menceritakan gelisahannya itu disebut asertif. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya (Pratanti, 2007). 

Ibu Joe akhirnya menuruti permintaan Joe. Akhirnya konflik antara Joe dengan ibunya dapat terselesaikan dengan solusi konflik Win-Win, keduanya sama-sama puas dengan hasil yang didapatkan dan tidak ada yang dijatuhkan harga dirinya.

Konflik Joe dengan Twenty Two

Konflik ini terjadi saat Joe dan Twenty Two kembali ke The Great Before. Akhirnya, Twenty Two mendapatkan kartu untuk dapat turun ke bumi. Twenty Two kebingungan apa yang dapat mengisi kotak terakhirnya sampai dia mendapatkan kartu itu. Joe menjawab dengan emosi karena ulah Twenty Two mereka berdua kembali ke The Great Before padahal Joe ingin tampil sebentar lagi. Karena kekesalan dan ketidak ikhlasan Joe, Twenty Two memberikan kartunya kepada Joe dengan kesal karena Joe menyakitinya. Joe turun ke bumi dan tampil bersama musisi jazz ternama itu. 

Tetapi kejadian yang terjadi di kehidupan Joe setelah di bumi membuat Joe tersadar bahwa dia salah dan ingin meminta maaf. Joe kembali ke The Great Before untuk bertemu Twenty Two yang terjebak dalam keterpurukan. Akhirnya Joe meminta maaf dan memberitahu apa yang mengisi kotak terakhir dari kartu Twenty Two. Setelah itu, Twenty Two dapat turun ke bumi dan Joe diberikan kesempatan untuk kembali ke bumi.

Konflik antara Joe dan Twenty Two itu disebut emotional conflict. Mengapa? Emotional Conflict adalah konflik yang terjadi karena adanya rasa marah atau kekesalan pada salah satu pihak. Konflik yang terjadi awalnya berakhir dengan solusi Win-Lose. Solusi Win-Lose adalah solusi salah satu pihak untung dan pihak lawannya dirugikan. Joe berhasil kembali ke tubuhnya dan tampil sesuai keinginannya dulu, tetapi Twenty Two terpuruk tidak bisa menemukan jati dirinya. Pada akhirnya solusi konfliknya menggunakan Win-Win. Keduanya bisa turun ke bumi dan menjalankan kehidupan di bumi.

Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah konflik tidak selalu menjadi masalah yang buruk dan harus dihindari. Para filsuf seperti Georg Wilhelm Hegel dan Karl Marx mengatakan bahwa konflik merupakan instrument yang perlu untuk perubahan dan kemajuan. Justru karena adanya konflik kita dapat lebih belajar lagi menjadi diri kita yang lebih baik. Selain itu, konflik memberi isyarat kesempurnaan adalah ketiadaan. Itu dia representasi konflik hubungan antar pribadi dalam film “Soul”. Semoga dapat menjadi pembelajaran untuk kita semua. Terimakasih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun