Disini saya akan mengulas sedikit pengertian tentang pengkaderan dan fenomena-fenomena yang terjadi setelah pengkaderan di sebuah organisasi mahasiswa dari hasil kacamata pribadi,hehehehe. Tulisan ini tak ubahnya seperti tulisan-tulisan yang di posting di media sosial pada umumnya karena kurang kerjaaan ,so, tetap rilex kawan.
Dalam sebuah organisasi mahasiwa, jenjang pengkaderan adalah sebuah tahap yang harus dilalui setiap mahasiswa yang ingin ikut bergabung berproses di kelompok tersebut, manfaat yang di hasilkan dari proses pengkaderan diharapkan mampu membentuk karakter serta di harapkan agar calon kader nantinya sepaham dan seideologi dengan kelompok tersebut. Setiap organisasi mempunyai visi, misi dan karakteristiknya masing-masing sehingga inilah nantinya yang membuat organisasi tersebut menerpkan metode yang berbeda-beda dalam sebuah proses pengkaderan.
Setelah melewati masa pengkaderan barulah mahasiswa yang ikut dalam proses beberapa tahap tersebut bisa dikatakan kader, kata 'kader' berasal dari bahasa yunani yaitu 'cadre' yang berarti 'bingkai'. kader merupakan ujung tombak dari sebuah organisasi, secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh proses pengkaderan secara formal.
Sensasi Mahasiswa Baru Ketika Mendengar Kata Pengkaderan
Mungkin, untuk mahasiwa senior telah lebih paham tentang arti dan manfaat pengkaderan sekalipun mereka tak pernah ikut sama sekali ; setidaknya mereka tahu sedikit dari hasil nguping saat teman-temannya menceritakan pengalamannya saat ikut dalam proses pengkaderan di organisasinya, namun, untuk mahasiwa baru kebanyakan, ketika mendengar kata pengkaderan fikiran mereka langsung terarahkan kesebuah moment perpeloncoan dan kontak fisik. Tak hanya itu, orang tua mahasiswa baru jugapun biasanya berfikirian demikian, maklum, karena memang telah terjadi banyak kasus yang mencederai makna pengkaderan itu sendiri.
Memang dalam sebuah proses pengkaderan di beberapa organisasi-organisasi mahasiswa tertentu, seperti organisasi kedaerahan misalnya, ada sebuah moment dimana para mahasiswa peserta pengkaderan akan mendapatkan sedikit sentuhan fisik dan mendapatkan sebuah pos bernama 'pos air' sebagai sebuah pos para mahasiswa yang ikut serta dalam pengkaderan akan di celup hingga nafas tinggal tersisa di tenggorokan saja (di paru-paru sudah habis) dan mampu membuat peserta menyebut nama ibu dalam sisa-sisa nafasnya,hahaha.
Tahap ini adalah tahap yang di harapkan mampu menghasilkan kader-kader yang militan,solid dan loyal terhadap organisasinya, walau sebenarnya memang ada-ada saja beberapa senior yang menjadikan ajang ini memang hanya semata-mata sebagai ajang euforia,menyakiti dan balas dendam (apalagi jikalau sambil mabuk) dan tak mengutamakan nilai-nilai yang tertanam di dalam setiap tahap pengkaderan tersebut, beberapa sikap inilah yang sebenarnya telah membentuk stigma dari proses pengkaderan di kalangan mahasiswa dan orang tua mahasiswa di tambah dengan banyaknya kasus di dalam sebuah pengkaderan di beberapa organisasi yang sampai membuat nyawa melayang.
Sang Kanda Yang Menemukan Kasihnya
Baru setelah selesai proses pengkaderan selesai, kakanda-kanda ini akan melakukan berbagai cara guna meluluhkan hati si adinda tambatan hatinya ini, mulai menebar sensasi bak monyet di musim kawin, di ajak ngobrol dulu sambil melayangkan pertanyaan basa basinya biar tambah akrab hingga ajakan duduk ngopi di warkop bersama kader-kader lainnya maupun hanya berduaan. Setelah berhasil di comot alias di ambil kendali, barulah mereka akan menjalin kasih dalam ikatan saudara sewadah dan sehati baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi meski  akhirnya ketahuan juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H