Hari jumat (15/3/2019) sekitar pukul 13.45, dunia khususnya umat muslim tengah berduka akibat penembakan yang di lakukan oleh 4 orang yang satu di antara pelaku adalah warga negara Australia, penembakan tersebut terjadi di 2 masjid yang berada kota Christchurch tepatnya di Negara Selandia Baru. Dalam penembakan tersebut setidaknya 49 orang tewas yang semuanya adalah warga sipil yang tengah melakukan ibadah sholat jumat. Insiden tersebut menimbulkan reaksi berupa kecaman keras terhadap para pelaku dari berbagai kalangan masyarakat dan pemimpin-pemimpin dari berbagai belahan dunia.
Nah, yang menjadi pertanyaan besar dalam insiden ini adalah ; apakah yang mendasari tindakan para pelaku sehingga tega berbuat sekeji itu hingga puluhan masyrakat Muslim yang tengah melaksanakan ibadah menjadi sasarannya. Dalam berbagai isu yang beredar, banyak netizen di tanah air yang mengunggah status di media sosial bahwa pelaku penembakan tersebut terinspirasi dari video game. Benarkah demikian??? mari baca ulasan singkat dibawah ini.
Manifesto Anti Imigran Dan Bantahan Bahwa Aksinya Terinspirasi Dari Video Game
Sebelum melakukan aksinya Brenton Tarran menulis ultimatum bahwa " Aku akan menyerang melawan para penjajah dan menyiarkannya secara langsung via Facebook," sebagai mana yang di lansir oleh The Sydney Morning Herald.
Sebelum melakukan aksinya tersebut, Brenton Tarran menulis manifesto bertajuk "The Great Replacemet" yang berisi 73 halaman. Dalam manifesto itu dia dia sempat menyebutkan sejumlah nama game di dalamnya, termasuk 'Spyro The Dragon' dan 'Fortnite'.
Banyak isu yang mulai beredar setelah kejadian bahwa pelaku penembakan terinspirasi dari video game, dan salah satu yang paling beredar di media sosial tanah air adalah bahwa pelaku penembakan terinspirasi dari game 'PUBG'.
Dalam manifesto Tanya jawab yang di tulis oleh Tarran, dengan tegas iya membantah bahwa aksinya tersebut terinspirasi dari video game. Berikut ini potongan dari Tanya jawab dalam manifestonya tersebut yang sudah di translate ke dalam bahasa Indonesia.
"Apakah kau di ajari kekerasan dan ekstrimisme oleh video games,music,literatur dan drama?
"Iya, Spyro the Dragon 3' mengajarkan saya etno-nasionalisme. Fortnite mengajarkan saya untuk menjadi pembunuh dan ber-floss di atas mayat musuh-musuh saya. Tidak," bunyi tulisan tarran.
Kata 'Tidak' pada akhir kalimat manifesto tanya jawab yang di tulis oleh tarran tersebut bisa di pahami sebagai sebuah bantahan bahwa tindakan brutalnya tidak terinspirasi dari video game.
Islamophobia sebagai dasar para pelaku dalam melakukan aksi tersebut?