Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Sikap PDIP terhadap Jokowi dan Ganjar

15 Desember 2022   19:50 Diperbarui: 15 Desember 2022   20:17 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di GBK sungguh sangat mengagetkan. Seorang petugas partai, dalam hal ini Presiden Jokowi,  berani secara terbuka meminta agar para pendukungnya memilih pemimpin yang wajahnya berkerut dan rambutnya putih. Bahkan meminta agar berhati-hati terhadap pemimpin yang berwajah cling.

Mengagetkan, karena partainya sendiri, PDIP, hingga saat ini belum memutuskan siapa calon presidennya. Mengagetkan, karena kreteria fisik itu jelas tidak dimiliki oleh seorang Puan Mahahari, putri sang ketua umum. Mengagetkan, karena kreteria itu lebih mengarah pada Ganjar Pranowo, sang Gubernur Jawa Tengah, sosok yang tidak begitu disukai oleh sebagian besar elit PDIP.

Memangnya Jokowi mendukung Ganjar? Memangnya Jokowi sudah tidak taat lagi pada Megawati? Memangnya Ganjar sudah berani kurang ajar lagi, padahal sebelumnya sudah diberi peringatan? Memangnya PDIP sudah tidak berdaya lagi menghadapi dua orang ini? Dan sejumlah pertanyaan lain berseliweran ketika kita membaca berita atau menonton video tentang acara di Gelora Bung Karno itu.

Jawaban pasti hanya mereka dan Allah SWT yang tahu. Kita hanya bisa menduga-duga.

Pertama, bisa jadi karena mereka tidak ingin terlihat berbenturan langsung dengan kader PDIP sendiri yang saat ini menjadi Presiden. Bagaimanapun, itu tentu akan sangat merugikan citra partai. Itu tentu akan menurunkan kekuatan partai.

Untuk berhasil menjadi presiden dua kali, tentu Jokowi banyak punya pendukung. Apa yang terlihat di GBK kemaren hanyalah puncak gunung es di lautan. Artinya pendukung Jokowi sangat jauh lebih banyak dari yang terlihat kemaren itu. Persoalan apakah mereka semua akan mengikuti arah pilihan Jokowi, tentu tidak ada yang tahu pasti. Namun, bahwa mereka bisa dikonsolidasikan untuk memenangkan seseorang yang didukung Jokowi, ya, itu mungkin sekali.

Memang, sangat tergantung siapa yang berada di belakang Jokowi. Tidak hanya orangnya, tetapi juga juga dukungan dananya. Di belakang Jokowi tentu ada pihak-pihak yang mengingingkan agar presiden yang akan datang adalah orang yang bisa meneruskan apa yang sudah diprogramkan oleh Jokowi. Tentu ada pihak-pihak yang berkepentingan, katakanlah seperti proyek maha besar semacam IKN, agar tetap aman berjalan. Bagaimanapun di sana, jelas banyak pihak-pihak lain yang juga punya kepentingan. Saya tidak ingin menyebut adanya bandar, karena itu terasa sangat kasar, hehe.

Para pendukung Jokowi tentu tidak semuanya pendukung PDIP. Ketika PDIP punya dukungan yang sama dengan Jokowi, bisa jadi mayoritas mereka akan memberikan dukungannnya. Namun, kalau dukungan keduanya berbeda, walaupun itu tidak dinyatakan terbuka, jelas dukungan itu akan terpecah pula.

Itulah yang mungkin lagi berkecamuk di kepala para elit PDIP. Karenanya mereka masih menahan diri untuk tidak bersikap keras kepada Jokowi, sang petugas partai itu. Ibu Megawati sendiri, sang ketum, saat ini masih berdiam diri. Beliau tidak memberikan tanggapan apa pun juga. Sikap ini bisa jadi karena masih melakukan pengkajian dari segala sisi. Tentu Megawati tidak mau mengambil tindakan secara sembarangan.

Kedua. Ini yang mungkin menjadi pertimbangan PDIP untuk tidak gegabah bersikap. Tidak bisa bersikap lebih tegas lagi terhadap Ganjar. Karena bisa jadi Ganjar Pranowo memang sudah punya kekuatan sendiri yang harus diperhitungkan secara cermat oleh PDIP. Salah bersikap, PDIP bisa pecah dan bakal sulit memenangkan Pilpres 2024.

Meskipun sangat terasa bahwa elit PDIP lebih menginginkan Puan Maharani dibandingkan dirinya untuk diusung sebagai capres, Ganjar masih tampak cukup bernyali untuk tampil. Sudah diberikan teguran lisan, tetapi elektabilitasnya bukannya berkurang. Namun, malah makin meningkat tajam. Ada apa gerangan?

Ganjar memang terlihat seperti anak bandel bagi PDIP. Memang ia tidak membuat pernyataan siap dicalonkan menjadi presiden lagi, setelah diberikan teguran lisan oleh DPP PDIP. Akan tetapi, youtube yang berisi konten Ganjar sebagai pemimpin yang humanis tidaklah berkurang. Dukungan terhadapnya terasa makin meningkat, terutama yang sangat pundamental adalah "dukungan Jokowi" di acara relawan itu. Hasil survei juga selalu menempatkan Ganjar pada posisi elektabilitas yang tinggi. Bahkan, tertinggi dibandingkan kandidat capres lainnya.

Apakah itu terjadi secara alami? Tentu, ya dan tidak.

Para pendukung Ganjar tentu berusaha menyatakan itu adalah alami. Demikian juga dengan lembaga survei, mereka pasti menyatakan bahwa surveinya bisa dipertanggungjawabkan. Survei sudah mengikuti kaidah survei yang validitasnya tidak perlu diragukan lagi.

Sementara bagi pihak di luar itu, khususnya yang beranggapan bahwa semua hal di negeri ini bisa diatur, maka mereka  bisa beranggapan bahwa tingginya elaktibilitas Ganjar itu adalah proses rekayasa. Hasil survei bisa diatur sesuai pesanan, hehe

Masalahnya, kalau memang hasil survei itu bisa diatur sesuai pesanan, apakah kandidat capres yang lain tidak bisa melakukan hal yang sama seperti yang diduga dilakukan oleh Ganjar atau pendukungnya? Tentu ada yang menjawab, ya karena kandidat capres lain tidak mau melakukannya. Mereka ingin bermain bersih, tanpa rekayasa. Memangnya ada yang percaya bahwa dalam politik itu tidak ada rekayasa, hehe

Sekiranya kandidat lain juga melakukan rekayasa survei, tetapi hasilnya selalu kalah dengan Ganjar, maka berarti Ganjar memang hebat. Setidaknya pihak-pihak yang berada di belakang Ganjar memang luar biasa, lebih hebat dari pihak-pihak yang berada di belakang kandidat  lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pihak-pihak tertentu yang berada di belakang seorang capres bisa sangat menentukan kemenangannya dalam pilpres.  Termasuk Jokowi? Waktu nanti yang akan membuktikannya.

Ketiga, bisa jadi sudah ada komitmen bersama antara Jokowi dan Megawati untuk membiarkan semua proses berjalan. Maaf, ibarat orang jualan, semua barang dagangan dipajang. Yang mana banyak peminatnya, itu nantinya yang akan dipasarkan.

Jadi, itulah mungkin jawabannya,  kenapa PDIP belum juga bersikap terhadap Jokowi dan Ganjar? Padahal keduanya yang merupakan kader PDIP sendiri, sudah lebih dari cukup menyulitkan mereka.

Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Banjarmasin, 15/12/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun