Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Damai, Pertanda Apa?

15 Desember 2020   06:34 Diperbarui: 15 Desember 2020   06:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beda  jauh dengan TPS sebelah. Pengeras suara di Musala terus menerus berbunyi mengajak para pemilih menggunakan hak pilih. Namun, meskipun begitu, partisipasi pemilih tetaplah rendah.

Rendahnya partisipasi pemilih tentu berkaitan erat dengan rendahnya kesadaran pemilih terhadap pentingnya pilkada itu sendiri.

Mungkinkan ada sebab lain?

Ya, mungkin ada. Semoga sahabat yang baik hati berkenan untuk melanjutkan membaca tulisan ini.

Ketiga, damainya pilkada bisa jadi karena rendahnya permainan politik uang (money politics). Ini memang perlu pengkajian mendalam, apakah benar demikian?

Dulu saya pernah mendengar atau setidaknya merasakan ada sebagian pihak berpendapat tingginya politik uang berkaitan erat dengan tingginya partisipasi pemilih. Semakin ramai terjadi politik uang, maka akan semakin tinggi partisipasi pemilih. Pemilih bersemangat menggunakan hak pilihnya, karena sudah mendapatkan hasil konkritnya. Yang penting hasil riel sekarang pikir mereka.

Bisa jadi benar demikian. Dalam pilkada kali ini saya tidak pernah mendengar langsung usaha-usaha untuk bermain politik dengan menggunakan uang. Isu sebelum pilkada memang sangat gencar, tetapi fakta pada pelaksanaannya tidak ada sama sekali.

Maka, bisa jadi karena itu, pilkada kali ini rendah partisipasi pemilihnya. Pemilih tidak bersemangat, sehingga pilkada tidak semarak dan kedamaian pun terjadi.

Keempat, damai karena faktor corona. Bisa jadi karena menganggap pilkada itu tidak penting, dan tidak ada juga pasangan calon yang harus diperjuangkan. Atau karena merasa itu sesuatu yang sia-sia, tidak ada hasil konkrit yang biasa diperoleh seperti sebelumnya. Maka, stay at home adalah pilihan oke bagi para pemilih.

Ya, daripada kena resiko terjangkit penyakit corona akibat datang ke kerumunan di TPS, lebih baik memilih di rumah saja. Eh, maaf, maksudnya memilih tetap di rumah, tidak turun ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.

Banyak hal memang yang menyebabkan pilkada 2020 ini berlangsung damai. Tentunya kita semua berharap kedamaian itu terjadi karena sebab-sebab yang positif, bukan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun