Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Damai, Pertanda Apa?

15 Desember 2020   06:34 Diperbarui: 15 Desember 2020   06:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada masyarakat yang datang ke rumah mencari atribut kampanye, seperti baju kaos, spanduk, poster, stiker, dan lain-lain. Apalagi berkonsultasi tentang siapa pasangan calon yang patut didukung. Hanya ada satu dua chat di WA grup, tentang siapa jua pilihan kita.

"Saudaraku semua, jangan lupa hari inilah untuk pergi ke TPS masing2 untuk "memilih" pemimpin daerah. Mudah2an jangan sampai salah pilih..." Tulis seorang teman.

"Adakah punya saran tentang pasangan calon yang patut dipilih?" Tanya yang lain.

"Kalau saya memilih kualitas daripada isi tas," jawabku berdiplomasi, "Saya tidak menyuruh untuk memilih nomor  berapa, atau pasangan calon yang mana." Takut juga kalau dianggap kampanye di luar waktunya, hehe

Kedua, damainya pilkada kemaren bisa jadi karena rendahnya partisipasi pemilih. Sukses tidaknya pilkada itu antara lain diukur dari tingkat partisipasi pemilih.

Ternyata, karena pandemi corona ini, KPU sendiri menetapkan target yang tidak terlalu tinggi. Di Kalimantan Selatan misalnya, hanya mentargetkan 76 %. Itu pun dalam kenyataannya sulit untuk tercapai. Setidaknya itulah yang kurasakan di sekitar tempat tinggalku.

Untuk tiga RT di sekitar rumahku, disediakan dua TPS. Dua TPS ini betul-betul kontras. Yang satu betul-betul sepi, sementara yang lain agak ramai.

Aku memilih di TPS yang betul-betul sepi. Istri berangkat duluan, tidak sampai lima menit sudah kembali pulang ke rumah. Terus anak dan mantuku berangkat, juga sama. Hanya sekitar lima menit juga sudah pulang. Sementara aku berangkatnya agak siang, sekitar jam 11.00 WITA.

Aku memang agak lama baru pulang. Bukan karena harus antri untuk memilih, tetapi untuk berbincang-bincang dengan para petugas KPPS, yang adalah memang tetangga semua. Salah satunya ketua RT.

Dari hasil penglihatan dengan mata kepala sendiri, ditambah dengan hasil pembicaraan dengan para petugas, jelas tergambar bahwa partisipasi pemilih sangat rendah. Bisa jadi hanya sekitar 50%. Suasananya betul-betul sepi, yang datang hanya satu dua seperti bergiliran. Beda jauh dengan kondisi pemilu legislatif yang berlangsung di tempat yang sama.

Anehnya, para petugas santai-santai saja, sama sekali tidak ada ikhtiar untuk mengajak para pemilih agar menggunakan hak pilihnya. Tampak jelas tidak ada beban apa-apa buat mereka. Bisa jadi mereka tidak peduli apapun hasilnya pilkada itu. Yang penting mereka sudah menjalankan tugasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun