Mohon tunggu...
Kamila
Kamila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca buku dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Gerakan 30 September PKI

27 Oktober 2024   14:33 Diperbarui: 27 Oktober 2024   14:36 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI) adalah peristiwa sejarah besar di Indonesia yang terjadi pada 30 September hingga 1 Oktober 1965. Peristiwa ini melibatkan penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi militer, yang dikenal sebagai "Dewan Jenderal," dan kemudian menimbulkan dampak politik serta sosial yang besar di seluruh Indonesia. PKI (Partai Komunis Indonesia) diduga berada di balik gerakan ini, meskipun hingga kini masih ada perdebatan dan berbagai teori mengenai dalang sebenarnya dari peristiwa tersebut. Pada malam 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965, sekelompok pasukan yang mengklaim diri sebagai "Gerakan 30 September" menculik dan membunuh enam perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan satu perwira menengah. Para perwira ini kemudian dibawa ke suatu tempat di Lubang Buaya, Jakarta, dan dikubur di dalam sumur tua. Para korban termasuk Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal S. Parman, dan Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Gerakan tersebut mengklaim bertujuan untuk melindungi Presiden Sukarno dari rencana kudeta yang konon sedang direncanakan oleh "Dewan Jenderal." Namun, peristiwa ini dengan cepat ditanggapi oleh Angkatan Darat, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto. Pada 1 Oktober pagi, Soeharto memimpin operasi pemulihan kekuasaan, menguasai media, dan menyatakan situasi terkendali. Setelah peristiwa tersebut, Partai Komunis Indonesia (PKI) dituduh sebagai dalang di balik G30S. Para pemimpin PKI, termasuk ketua PKI, DN Aidit, menjadi target pencarian, dan PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Tuduhan ini didasarkan pada fakta bahwa beberapa anggota dan simpatisan PKI terlibat dalam aksi-aksi tersebut, serta adanya hubungan ideologis antara PKI dan gerakan komunisme internasional. Peristiwa G30S/PKI memicu gelombang aksi kekerasan terhadap para anggota dan simpatisan PKI di seluruh Indonesia. Ratusan ribu hingga jutaan orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan PKI atau ideologi komunisme mengalami penangkapan, penyiksaan, hingga pembunuhan. Tahun 1965-1966 menjadi periode kelam bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang menjadi korban dari tragedi tersebut.

Pada saat yang sama, Soeharto memanfaatkan momentum ini untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Sukarno. Melalui proses politik dan dukungan militer, Soeharto akhirnya menjadi presiden pada tahun 1967 dan memimpin Indonesia di bawah rezim Orde Baru selama lebih dari tiga dekade. Peristiwa G30S/PKI hingga kini masih menjadi topik sensitif di Indonesia. Dalam era reformasi, banyak pihak yang mendesak untuk membuka kembali penyelidikan terhadap peristiwa ini, termasuk memberikan keadilan bagi para korban dari berbagai pihak. Film propaganda Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi tontonan wajib pada era Orde Baru, yang memperkuat narasi resmi dan membentuk pandangan masyarakat terhadap PKI selama bertahun-tahun.

G30S/PKI bukan hanya catatan sejarah tentang konflik ideologis di Indonesia, tetapi juga pengingat tentang bahaya manipulasi politik dan pentingnya keterbukaan untuk rekonsiliasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun