Mohon tunggu...
TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Mohon Tunggu... Guru - Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Guru di MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Terima kasih yang sudah vote dan kasih komentar. Salam Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Usz. H. Hasbi Mawardi Lubis, MA: Kasihilah Orangtua, Doanya Makbul, Kutuknya Manjur

10 April 2024   09:19 Diperbarui: 10 April 2024   10:08 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Muslimin, Teladan Barat, Medan Kota (Foto Dokpri) 
Masjid Muslimin, Teladan Barat, Medan Kota (Foto Dokpri) 

"Bila hatimu mati, tak perlu dinasehati. Hati yang mati sama seperti tanah yang mati."

Oleh sebab itu Ust. H Hasbi Al Mawardi Lubis, M.A  mengajak jamaah untuk selalu bertakwa sebab bulan Ramadan telah menempa kita untuk itu. 

"Takwa artinya senang karena ibadahnya dapat mengikis dosa-dosanya. Manusia terbaik adalah manusia yang pernah berbuat salah dan berjanji tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang."


"Namun ketahuilah, jangan merasa diri memegang pintu surga. Maksiat sudah hina dengan perbuatannya namun rasa banyak amal membuat kita menuju neraka. Merasa diri suci adalah jalan kita menuju neraka. "

"Orang bertakwa tidak pamer akan dirinya. Orang bertakwa senantiasa memberi atau bersedekah walau dengan sebiji kurma atau lebih kecil dari itu. Ia bersifat dermawan. Berbuat baik kepada orang lain. Berbuat baik sekecil apapun. Hubungan horizontal atau sesama manusia harus diperbaiki." 

"Puasa Ramadan kali ini jangan menjadikan kita seumpama ular. Ular sebulan tidak makan, ia hanya berganti kulit namun amalannya hanya seperti itu saja."

"Jadilah seperti kupu-kupu. Sebulan tidak makan, ia yang semula adalah ulat lalu menjadi kepompong. Setelah itu berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Begitulah umpama Ramadan ini harus membuat kita lebih baik lagi."

Mengakhiri khutbah tersebut Ust. H Hasbi Al Mawardi Lubis, M.A mengajak jamaah untuk mengasihi kedua Ibu Bapak. Merenungi atas apa yang telah mereka korbankan. 

Mereka rela terhina demi anaknya bisa hidup dan sekolah. Mereka menahan lapar dan dahaga agar anak-anaknya bisa kenyang. Mereka tidak tertidur hanya untuk buah hatinya nyenyak. 

"Datangi mereka. Akui kesalahan kita. Minta maaf pada mereka. Barangkali lidah dan tingkah lalu kita ada yang menyakiti mereka," ungkap Ustadz Mawardi yang membuat beberapa jamaah terisak dan menangis dalam perenungan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun