Niat baik Presiden Joko Widodo untuk mengundang calon presiden 2024-2029 di Istana Merdeka, Jakarta pada Senin (30/10/2023) boleh jadi membuat publik merasa dimenangkan sebab sejatinya sebagian besar rakyat telah terkubu-kubu.
Ini seolah sikap negarawan, namun di balik itu semua ini adalah sandiwara - manakala dengan mata telanjang kita dapat melihat keberpihakan Jokowi pada Prabowo dengan mendorong anaknya menjadi calon presiden. Gaya klasik tipu-tipu ini dipakai Jokowi lagi. Ajak makan-makan, tapi dia menggunting dalam lipatan.
"Santap siang bersama Bapak Prabowo Subianto, Bapak Ganjar Pranowo, dan Bapak Anies Baswedan, tiga calon presiden yang akan berpartisipasi pada pemilihan presiden 2024 -- di Istana Merdeka, hari ini."
"Kami bersantap dalam suasana hangat dan diselingi perbincangan yang akrab. Menunya soto lamongan, sapi lada hitam, cumi dan udang, hingga minuman es dan jus jeruk. Terima kasih atas kehadiran Pak Prabowo, Pak Ganjar, dan Pak Anies." tulis akun Facebook, Jokowi (30/10/2033).
Bisakah Jokowi netral seperti instruksinya pada Pj-Kepala Daerah, bahkan ia mengancam akan mencopot jika mereka kedapatan miring atau berpihak (tidak netral). Alamak, Pak Joko, Anda saja tidak netral bagaimana pula Anda berharap orang lain netral. Anda harusnya malu. M-A-L-U.
Intinya semua hanyalah pertunjukan di depan layar. Jika Anda menyimak di belakang layar, aduhai bukan main kengerian adegan dan intriknya. Sebagai contoh hari ini, Presiden hadir di Bali - namun banyak baliho Ganjar-Mahfud dicabut di sepanjang jalan yang ia lalui dengan alasan estetika. Ketika kunker di Sumbar, baliho Prabowo-Gibran terbentang megah di ruang publik.
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Bali, I Gusti Jaya Negara yang juga walikota Denpasar mengaku sedih dengan berita tersebut. Bali sebagai provinsi yang memenangkan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 ternyata dicabik-cabik hatinya oleh tangan-tangan kekuasaan yang enggan kuasanya berpindah tangan.
Tapi sebenarnya bola panas ada pada Jokowi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Jika sekali saja rakyat melihat keberingasan yang terjadi karena pemerintah tidak netral, maka keamanan dan eksistensi negara akan terancam. Jokowi boleh bermain api, ia boleh melakukan apa saja sekehendak dia. Tapi ingat, Tuhan bersama rakyat -rakyat yang mengantarkan dia ke istana, rakyat juga yang akan merontokkan kekuasaannya.
Kita berharap pemilu damai. Edukasilah masyarakat dengan contoh baik, bukan praktik-praktik yang tidak molek dan tidak terhormat. Ingatlah petuah Presiden Ir. Soekarno, satukanlah kata dengan perbuatan. Tuhan tidak suka pendusta apalagi ia seorang pemimpin.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H