Ngabuburit mungkin diksi yang jamak di telinga orang Indonesia kebanyakan khususnya orang Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya.
Lantas bagaimana jika kata itu menjadi kata yang kita gunakan sebagai kalimat imperatif di Kuala Lumpur, Malaysia?
Kejadian ini baru saja dialami oleh Tiktoker sekaligus pesinetron tampan Indonesia, Bima Samudera. Pria kelahiran Bandung, 20 April 1989 itu mengaku tengah berada di Malaysia di bulan suci Ramadan ini.
Bima membuat konten pengalamannya ketika menggunakan kata /ngabuburit/ kepada teman Malaysia dan teman Indonesia disana.
"Ami, ayo kita ngabuburit, " ajak Bima pada Ami.
"Hah. Bang Bima janganlah mencarut, " kata Ami ketika Bima menerangkan kisahnya.
"Jangan kasar. Itu tak elok. Tak bagus. Ini kan bulan puase, " kata Bima menirukan Ami.
Bima mengaku hanya mengajak jalan untuk menunggu waktu berbuka. Namun teman Malaysia-nya dan juga teman Indonesia yang disana menasehati Bima untuk tidak mengucapkan kata itu karena dalam bahasa Melayu itu termasuk kata tidak senonoh atau tidak seronok.
Terjadi shocking culture dalam hal bahasa di sini. Dalam konsep Bima, kata ngabuburit artinya jalan-jalan menunggu waktu berbuka. Namun yang mendengar kata itu disana memahami kata ngabuburit atau /burit/ memiliki makna yang lain.
Dalam KBBI, /burit/ bermakna punggung atau dubur. Tidak hanya itu kata burit juga dipakai di dalam konteks yang lain seperti /buritan kapal/ atau belakang kapal.
Sedangkan /mengabuburit/ dalam KBBI diterangkan sebagai menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada bulan Ramadan.
Di akhir video Bima Samudra tetap berharap teman-teman Malaysia paham dan akan mengerti jika di kemudian waktu ia mengajak dengan kalimat "Jom ngabuburit" (Ayo ngabuburit).
Tapi kata itu tetaplah tidak bermakna sama seperti yang dipahami teman Bima. Kata itu termasuk tak seronok (tak sopan dalam bahasa Indonesia) padahal Bima ingin sambut waktu berbuka dengan seronok (bahagia dan menyenangkan dalam bahasa Melayu Malaysia).
Omong-omomg, Terima kasih buat Bang Bima Samudra telah mengizinkan saya mengangkat artikel ini dari Tiktoknya. Semoga sehat dan lancar ibadahnya disana. Salam satu rumpun!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H