Melihat orang tidak puasa kerap membuat kita lekas menghakimi. Dengan gercep (gerakan cepat) hati/pikiran dan bibir kita melepaskan kata-kata yang berkesan bahwa yang mereka makan/minum adalah yang tidak baik atau tidak benar sehingga terkesan hanya kita manusia yang berada dalam jalur yang lurus.
Dugaan, wasangka, penghakiman sering kita lakukan jika ada hal yang berbeda dengan normalisasi yang kita lakukan. Dalam hal berpuasa, orang yang tidak berpuasa dengan relatif lekas kita duga tanpa berupaya memaklumi mungkin ada kondisi menyebabkan seseorang itu tidak dapat menjalankan ibadah puasa.
Pengalaman ini saya alami sendiri, sekitar tahun 2014. Ketika itu saya mengikuti Pelatihan Kurikulum 2013 SMA yang diadakan di salah satu hotel di kota Medan. Kala itu bertepatan dengan Ramadan, jadi kami melewati sahur bersama guru-guru pelatihan.
Seusai menyantap makan sahur saya meminum segelas kopi hitam yang aromanya cukup menggoda. Padahal saya bukan pencinta kopi, saya jarang meminum kopi apalagi ketika sahur. Karena melihat teman minum, saya refleks ikut minum.
Setelah meminum beberapa teguk, saya merasakan perasaan aneh. Bukan sianida yah yah. Hahaha. Saya merasakan jantung saya berdegup kencang.
Tidak pernah seperti ini sebelumnya. Belum pernah. Jadi saya agak panik. Lama degupan itu berlangsung. Saya akhirnya jadi panik total.
Akhirnya saya putuskan tidak lanjut puasa karena sakit di dada itu berlangsung beberapa jam, saya antisipasi dengan banyak minum air putih. Hasilnya agak mendingan, alhamdulillah.
Ketika makan siang, peserta pelatihan yang non-muslim memenuhi ruang makan. Karena saya tidak puasa, saya ikut untuk sekedar minum dan makan kue. Saya pikir, tidak ada yang tahu saya seorang Muslim.
Tapi saya dikagetkan oleh kakak kelas saya dulu ketika SMA yang menjadi guru di sekolah lain. Dia memasang muka aneh pada saya dan berbisik-bisik pada teman di sampingnya.
Saya merasa kikuk waktu itu. Merasa malu juga, karena saya mendengar sekilas perkataan beliau menuding kepada saya.