Ramadan 1444 H atau tahun 2023 jadi kejutan mendadak bagi pejabat pemerintah dan jajarannya termasuk PNS/ASN di seantero negeri. Pasalnya sejumlah aturan diberlakukan untuk mereka salah satunya larangan berbuka puasa bersama atau bukber.
Tepok Jidat
Beberapa pemerintah daerah telah sekian lama mempersiapkan acara buka bersama. Dikutip dari laman Detiknews (24/3) , Pemkot Batam misalnya telah menganggarkan Rp 1,2 miliar untuk buka bersama tahun ini.
Ketentuan baru ini menjadi polemik di masyarakat. Beredar begitu liar hingga pada akhirnya menyerang Presiden sendiri. Presiden dianggap anti-Islam oleh Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mehendra setelah mengeluarkan surat edaran Sekretaris Kabinet.
Saya khawatir surat tersebut dijadikan sebagai bahan untuk menyudutkan pemerintah dan menuduh pemerintah, Presiden Jokowi anti-Islam.
Mengutip CNN Indonesia (24/3), Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas langsung membantah pernyataan itu. Ia menyampaikan justru pemerintah sangat perhatian kepada umat Islam. Kebijakan ini lantaran banyaknya sorotan masyarakat terhadap gaya hidup pejabat Indonesia.
Arahan Tidak Untuk Masyarakat Umum
Hari ini (27/3), melalui halaman setkab.go.id Presiden Jokowi menegaskan bahwa larangan itu berlalu bagus pejabat pemerintah di internal pemerintah, khususnya para menko, menteri, kepala lembaga pemerintah nonkementerian bukan untuk masyarakat umum.
"Arahan ini perlu saya sampaikan, karena begitu banyaknya sorotan masyarakat terhadap kehidupan pejabat-pejabat kita" ungkap Presiden.
Presiden kembali menekankan untuk jajaran pemerintah agar melalui bulan puasa dengan perilaku semangat kesederhanaan dan tidak berlebihan. Ia menitahkan agar anggaran yang selama ini bisa dipakai untuk kegiatan lain yang lebih berguna dan berdampak bagi masyarakat seperti santunan fakir miskin, anak yatim, atau pasar murah.
Revolusi Mental
Pejabat atau PNS/ASN saat ini sudah saatnya diingatkan kembali akan kampanye awal Presiden ketika awal menjabat dahulu. Semangat revolusi mental agaknya telah mengendur seiring berjalannya waktu.
Pejabat dan perangkat negara kita seharusnya meneladani nilai-nilai revolusi mental yang memiliki integritas (jujur, dipercaya, dan berkarakter), kerja keras (etos kerja, data saing, optimis, inovatif dan produktif) dan gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan)
Semangat Ramadan dan Pesan Berharga
Pejabat kita mestinya menyadari bahwa Ramadan adalah ajang pembelajaran hamba kepada Tuhannya. Semangat Ramadan adalah semangat mengayomi masyarakat utamanya yang lemah dan papa sesuai arahan Presiden.
Pejabat yang menderita lapar dahaga saat puasa hendaknya SADAR DIRI - begitulah hal yang dirasakan masyarakat tidak berpunya. Jangankan hendak bukber di cafe, hotel, hall mewah, untuk mengisi perut sejengkal dengan sesuap nasi saja masih jauh dari kata sedia.
Anggaran buka bersama menembus angka ratusan juta hingga bermiliar-miliar rupiah memakai uang rakyat tentulah ironi di atas ironi dari semangat yang ingin dipetik dari Ramadan ini.
Garis-bawahilah pesan Presiden untuk hidup sederhana ketika Ramadan dan semoga dapat dibawa ketika di luar bulan Ramadan sehingga tidak lagi mengiris hati dengan aksi hedon pamer kekayaan dan kenikmatan di hadapan jutaan rakyat Indonesia.
Pelajaran Bagi Kita Masyarakat Umum
Ketika pemerintah menekankan Ramadan penuh keberkahan dengan kesederhanaan - sebaiknya kita masyarakat luas dapat mengambil pelajaran. Pelajaran apa? Bahwa kita juga harus berlaku sederhana. Tidak hedon dan berlebih-lebihan. Jika pejabat negara kita boleh jadi belum bisa menjadi contoh, maka kita bisa memberikan contoh kepada mereka untuk hidup sederhana dan melewati Ramadan dengan sederhana.
Lebih dari itu, mari kita contoh kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Beliau buka bersama dengan keluarga dan sahabat dengan makanan sederhana. Dia berhenti makan sebelum kenyang dan tidak memilih-milih makanan. Tidurnya beralaskan pelepah daun kurma, meski ia bisa saja belaku mewah, namun ia meninggalkan kenikmatan dunia yang dikejar mayoritas manusia.
“Tidaklah aku kenyang karena makanan melainkan aku ingin menangis. Masruq berkata”, Aku bertanya: “Kenapa?” Dia menjawab: “Aku teringat saat-saat ditinggalkan Rasulullah SAW, demi Allah beliau tidak pernah kenyang dari roti dan daging dalam sehari sampai dua kali.” (HR. Tirmidzi)
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI