Namanya kian disebut. Kian dihembus. Kian dibicarakan. Awalnya hanyalah impian, kini perlahan menjadi kenyataan.
Dari tokoh bangsa yang dulu dulu, perjuangan untuk menjadi negara yang makmur demikian pelik juga berliku.
Sebuah harapan, muncul di setiap zaman. Bukan janji politik, bukan bualan pengantar tidur. Ibu Kota Indonesia yang baru harus menjadi wajah baru Indonesia di masa depan.
Demi apa?
Demi mempercepat kesejahteraan rakyat Indonesia. Bukankah itu cita-cita yang masih diraih sebagian kecil rakyat negeri ini. Sedang lainnya, meledak di antara jerami-jerami keterbatasan.
Jangan jadikan dia sebuah sumber puja-pujian saja. Pandanglah rakyat yang menumpang hidup di negeri tercinta.
....
Indonesia capital city
His name is being called. Increasingly exhaled. More and more talked about. At first it was just a dream, now slowly becoming a reality.
From the nation's former figures, the struggle to become a prosperous country was so huggable and winding.
A hope, appears in every age. Not a political promise, not a bedtime brag. The new Indonesian capital must be the new face of Indonesia in the future.
For the sake of what?
In order to accelerate the welfare of the Indonesian people. Isn't that the goal that is still achieved by a small portion of the people of this country. While others, exploded among the straws of limitations.
Do not make him a source of praise only. Look at the people living in our beloved country.
______
NB:
Salam hangat teman-teman Kompasiana. Mari tinggalkan komentar Anda. Saya juga menunggu rating dari Anda. Saya ucapkan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H