Hai... Kawan-kawan yang menempuh pendidikan
Kita semua adalah satu pintu peradaban
Kita peluru-peluru akan menembus batas ke tidak mungkinkan
Merobek-robek ke tidak tahunan, kebebalan, dan kebodohan
Yang terbang di tengah badainya zaman.
Hai... Kawan-kawan yang menikmati bisingnya perkotaan
Dan kalian yang dibelai sejuknya perdesaan
Aku tulis puisi untuk kita keluar dari pengasingan
Rawat jiwa dengan kesungguhan, tanam kepedulian
Kesehatan mental tak bisa kita abaikan.
Kita harus melawan/melakukan kawan-kawan
Rasa malas yang telah bertumbuh kembang
Sebuah ketakutan yang kita beri makan
Lawan pemikiran yang hanya memenjarakan
Kita hancurkan tembok-tembok penghalang.
Atau kita melakukan sesuatu tanpa kesadaran
Melangkah tanpa menentukan tujuan
Membuat jalan-jalan kesombongan
Dihiasi lampu-lampu kebohongan
Yang mengantarkan mereka pada kegelapan
Kita hanya akan menjadi barang murahan
Jika tidak berani melangkahi zona nyaman
Kita hanya akan jadi barang mainan
Oleh pikiran yang penuh kebencian
Kita harus berjuang keras melahirkan kebaikan.
Kalian adalah bagian dari nafasku, nadiku
Ayah dan ibu dari cita-citaku, kalian bagian dari aku
Dan hentakan kakiku, rentangan sayapku
Udara yang memacu terbangku ke langit biru
Memetik rembulan, kutanam di kegelapan itu.
Perjuangan terberatku bukan mengalahkan kalian
Perjuangan terbesarku menemukan kalian
Di dalam rasa dengki yang berkepanjangan
Berlayar di atas gelombang zaman
Terombang-ambing dalam kekosongan.
Sampai kapan kita abaikan kegelisahan
Kampus bukan tempat pelampiasan
Dari hinaan, karena diri merasa dikucilkan
Karena merasa kampung tidak menguntungkan
Karena ingin kehormatan dengan gelar yang didapatkan.
Sampai kapan kita saksikan tata ruang kenegaraan
Kota bukan tempat menikmati berita harian
Menonton tragedi demi tragedi kemanusiaan
Menyebarkan suara kegaduhan
Menertawakan ke tidak adilan
Sampai kapan beranggapan kampung memalukan
Apa menunggu pohon nanas berbuah emas
Pohon mangga berbuah intan dan permata
Pohon kelapa akarnya benang-benang sutra
Jangan kawan, kita yang harus memperjuangkan.
Mahasiswa, siswa, pemuda desa, pedagang kakinya dua
Pemulung, pengusaha, petani dan lain sebagainya
Aku tulis puisi ini untuk diriku dan kalian semuanya
Yang mengorbankan segalanya untuk kepentingan bersama
Untuk mewujudkan mimpi Indonesia.