Mohon tunggu...
Taufik Eko Susilo
Taufik Eko Susilo Mohon Tunggu... Akademisi | Staff Pengajar -

Akademisi | Assisten Dosen | Peneliti Muda

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Demonstrasi Menolak Transportasi via Aplikasi oleh Telur

23 Maret 2016   11:08 Diperbarui: 23 Maret 2016   11:20 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : anonymous via path"][/caption]

Dua hari ini, jagad media-media nasional maupun media sosial memberitakan mengenai protes yang dilakukan oleh para pengemudi angkutan umum di Jakarta. Mereka yang terdiri dari supir taksi, bajai, metromini, dan beberapa supir angkutan umum lainnya berdemonstrasi menuntut kepada Pemerintah untuk menutup praktik transportasi via aplikasi online tersebut. Para supir tersebut mengklaim bahwa, transportasi via online tersebut illegal karena ber-plat hitam dan tidak membayar pajak. Demonstrasi yang mengakibatkan kemacetan di ruas jalan protokol Jakarta Pusat tersebut juga diwarnai aksi sweeping sebagai wujud solidaritas sesama pengemudi. maksud hari ingin mengambil simpati, namun justru tanggapan negatif yang diberikan oleh warga akibat aksi tersebut.

Melihat fenomena di atas saya teringat oleh sebuah cerita mengenai kisah kentang, telur, dan kopi yang direbus oleh air panas. Dalam panci yang berisikan air panas, ketiga benda tersebut dimasukkan. Direbus dengan kondisi air yang mendidih, ketiganya memberikan respon yang berbeda. Kentang ketika direbus yang semula keras menjadi lembut, isi telur yang awalnya berbentuk cairan menjadi keras, sedangkan kopi saat diletakkan di air yang mendidih tidak berubah bentuk malah memberikan warna pada air dan mengeluarkan bau harum wanginya kopi. Aksi demonstrasi anarkis yang dilakukan oleh pengemudi taksi kemarin layak kita ibaratkan seperti halnya telur yang “mengeras” karena dimasukkan dalam air panas.  

Persaingan dalam memenuhi kebutuhan perut dewasa ini memang keras bahkan kadang terbilang kejam. Jika berpandangan demi kepentingan masyarakat sebagai pengguna transportasi harus diakui adanya layanan seperti Go-Jek, Grab Car, maupun Uber menjadi solusi antara kebutuhan sampai tujuan dengan cepat dan ketersediannya layanan transportasi yang mudah dan murah. Namun tentu sebagai pemain lama, transportasi seperti taksi konvensional dan angkutan umum lainnya akan merasa tersaingi dan kehilangan pelanggan. Kebutuhan masyarakat semakin tinggi dengan semakin majunya peradaban, jika para penyedia jasa belum bisa memenuhi kebutuhan tersebut mengapa harus masyarakat sebagai pengguna yang harus ikut ? mengapa tidak para penyedia yang tidak melakukan upgrading?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun