Mohon tunggu...
Taufik Alamsyah
Taufik Alamsyah Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pengajar

Mengajar adalah belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 CGP Angkatan 10

8 Agustus 2024   13:30 Diperbarui: 8 Agustus 2024   13:32 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani. Jika dikaitkan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, maka proses pengambilan keputusan harus dapat dijadikan contoh bagi yang dipimpinnya. Sebuah keputusan harus dapat membangkitkan semangat, bukan membuat orang lain putus asa. Ketika sebuah keputusan sudah diambil, pemimpin harus memberikan motivasi dan bimbingan agar diperoleh hasil yang diinginkan. Dalam proses pengambilan keputusan, kita pasti akan menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan pandangan yang sudah ada sebelumnya dan kita anggap benar. 

Jika pengetahuan, pengalaman, dan pandangan itu lebih banyak mengandung unsur-unsur negatif (egoisme, subjektivitas, intoleransi, dll.), maka keputusan yang diambil juga pasti akan buruk. Pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah pengujian akan efektif jika diimbangi dengan kompetensi coaching (kesadaran penuh, mendengarkan aktif, dan memberikan pertanyaan berbobot) sehingga kita dapat menggali info sebanyak-banyaknya dan seobjektif mungkin sebelum mengambil keputusan dalam suatu masalah yang dihadapi. "BAPER" (bawa perasaan) dapat mewarnai setiap keputusan yang diambil, namun pendidik harus menyadari bahwa setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada, dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan.

 Dengan kedua dasar tersebut, kita dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral. Sebagai seorang pendidik, tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian serta pengambilan keputusan. Ini akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan yang salah. Pertama, sesuaikan dulu dengan nilai-nilai kebajikan yang universal. Kedua, pilihlah momen yang tepat dalam pengambilan keputusan. Jangan saat sedang emosi atau tergesa-gesa. Ketiga, pastikan kita sudah banyak berdiskusi dengan berbagai pihak yang terlibat. 

Budaya yang beragam membuat paradigma yang beragam pula, dan adanya kebiasaan-kebiasaan tidak tertulis yang dianggap benar terkadang mengharuskan pengambilan keputusan dilakukan secara bertahap. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran yang berpihak kepada murid.

Putuskan bagaimana cara kita mengajar seorang murid dengan menerapkan analisis menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan. Gunakanlah paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Tentunya, masa depan siswa yang akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi serta kekuatan mereka adalah yang kita kedepankan. Kesimpulan yang dapat diambil dari modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan murid. 

Filosofi pemikiran pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka-nya. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya, serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang guru mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Jika suatu masalah memiliki kondisi sama-sama benar, maka termasuk dilema etika. Jika salah satu kondisi benar sedangkan kondisi yang lainnya salah, maka termasuk bujukan moral. 

Paradigma pengambilan keputusan ada empat: Individu lawan kelompok (konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya), Kebenaran lawan kesetiaan (apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi), Jangka pendek lawan jangka panjang (kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang).

Ada tiga prinsip dalam pengambilan keputusan:

Berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking): Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang.

Berpikir berbasis peraturan (Rules-Based Thinking): Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Berpikir berbasis rasa peduli: Mempertimbangkan kepentingan orang lain.

Konsep pengambilan dan pengujian keputusan: Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan., Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, Penguji benar atau salah:

Uji legal: apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu?

Uji regulasi: dilema etika tidak ada pelanggaran hukum.

Uji intuisi.

Uji publikasi.

Uji panutan/idola.

Pengujian paradigma benar lawan salah.

Melakukan prinsip resolusi.

Investigasi prinsip resolusi.

Membuat keputusan.

Melihat lagi keputusan dan merefleksikan.

Hal yang tidak terduga adalah ternyata konsep-konsep yang tadi disebutkan memiliki keterkaitan cukup erat dengan coaching. Tentu, pernah. Namun setelah saya mempelajari modul ini, ternyata terdapat tahapan-tahapan teknis yang dapat dilakukan agar keputusan kita lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Saya menjadi lebih berhati-hati ketika mengambil keputusan, menetapkan kebijakan yang tidak kaku namun tetap tepat sasaran dalam menyelesaikan masalah. Sangat penting, karena saya jadi dapat mengambil keputusan yang objektif dan dipertanggungjawabkan serta pastinya berpihak pada murid agar mereka menjadi manusia yang merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun