Pendidikan adalah sebuah perjalanan yang melampaui lebih dari sekadar mentransfer pengetahuan dari seorang pendidik kepada murid-muridnya. Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang diwujudkan dalam konsep Taman Siswa, mengajarkan bahwa pendidikan sejati tidak hanya berkutat pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter dan memupuk keberanian untuk berpikir kritis, berkreasi, dan bertanggung jawab. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tercermin dalam konsep "Tut Wuri Handayani", yang menekankan peran guru sebagai pembimbing yang memberikan arahan dari belakang untuk memungkinkan siswa mencapai kemandirian.
Beliau meyakini bahwa pendidikan harus menjadi sarana untuk mencapai kemerdekaan dan martabat bangsa, dengan fokus pada pengembangan holistik individu, termasuk aspek moral, sosial, dan kreatifnya. Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan yang bersifat demokratis, di mana setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa diskriminasi. Pendekatan ini diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya lokal, yang memperkuat identitas dan kebanggaan nasional. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada aspek intelektual atau akademis saja, tetapi juga harus memperhatikan pembangunan karakter, kepribadian, dan keterampilan praktis yang sesuai dengan kodrat manusia.
Pendidikan Kodrat mencakup pengembangan spiritual, moral, sosial, dan keterampilan praktis yang dibutuhkan individu untuk hidup bermakna dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Dalam praktiknya, pendidikan Kodrat menurut Ki Hajar Dewantara berarti memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan potensi mereka secara menyeluruh, memahami dan menghargai nilai-nilai budaya lokal, serta mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang berdaya guna dan berkontribusi dalam masyarakat.
Pendekatan pendidikan Kodrat ini sangat sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang berpusat pada peserta didik (learner-centered), yang mengakui keunikan dan keberagaman setiap individu serta menekankan pentingnya memahami konteks sosial, budaya, dan lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang. Di era yang terus berubah ini, di mana informasi tersedia dalam jumlah besar dan teknologi berkembang dengan cepat, paradigma inkuiri apresiatif (IA) menjadi semakin relevan dalam pendidikan.
Pendekatan ini menempatkan penekanan pada pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan mendalam, di mana murid-murid tidak hanya diberi jawaban, tetapi didorong untuk menemukan pertanyaan mereka sendiri, menggali pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam. Dalam konteks ini, peran seorang pendidik menjadi krusial. Mereka tidak lagi hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai fasilitator, pembimbing, dan inspirator bagi murid-muridnya. Pendidik yang menerapkan paradigma IA memainkan peran penting dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan profil pelajar Pancasila pada murid-muridnya.
Pertama-tama, pendidik yang menerapkan pendekatan inkuiri apresiatif akan membantu murid-muridnya untuk mengembangkan sikap apresiatif terhadap pengetahuan dan lingkungan sekitar. Mereka tidak hanya menyampaikan informasi secara pasif, tetapi juga membimbing murid-murid dalam memahami konteks dan relevansi dari apa yang dipelajari dengan dunia nyata. Dengan demikian, mereka membangun hubungan yang kuat antara konsep abstrak dalam kurikulum dan nilai-nilai Pancasila yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pendidik yang menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif akan menciptakan lingkungan belajar yang mempromosikan kemandirian, kreativitas, dan kolaborasi di antara murid-muridnya. Mereka memberi ruang bagi murid-murid untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri, sambil tetap mengarahkan mereka ke arah yang membangun nilai-nilai Pancasila.
Dalam hal ini, pendidik menjadi tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mentor yang membantu murid-murid menemukan potensi mereka yang sebenarnya. Selain itu, pendidik yang menerapkan paradigma inkuiri apresiatif akan membantu murid-murid untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Mereka tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga memberi tantangan kepada murid-murid untuk mempertanyakan, menafsirkan, dan menghubungkan informasi yang mereka pelajari.
Dengan demikian, mereka membantu murid-murid membangun pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, pendidik yang mengadopsi paradigma inkuiri apresiatif akan menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Mereka tidak hanya mengajarkan nilai-nilai Pancasila, tetapi juga menjalankan nilai-nilai tersebut dalam praktik sehari-hari. Dengan sikap dan perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai Pancasila, mereka menginspirasi murid-murid untuk menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dan menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Secara keseluruhan, peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan profil pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif sangatlah penting.
Melalui pendekatan ini, pendidik membantu murid-murid untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila, memupuk sikap apresiatif terhadap pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berdaya saing di era global ini. Visi saya sebagai pendidik tidak hanya sekedar sebuah pernyataan, tetapi merupakan panggilan jiwa yang mendasari setiap langkah dan tindakan saya dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi murid, rekan pendidik, komunitas sekolah, dan masyarakat secara luas.
Saya bercita-cita agar setiap murid yang saya ajar menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berani tampil dan percaya diri, murid yang terbiasa literasi, menggunakan teknologi dengan bijak, suka menolong dan menjaga lingkungan. Sebagai bagian dari komunitas sekolah, keyakinan bersama kami adalah bahwa setiap individu memiliki potensi yang unik dan nilainya sama pentingnya. Kami percaya bahwa dengan memberdayakan setiap murid sesuai dengan bakat dan minatnya, kami dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan beragam. Yang menjadi pembeda antara murid di sekolah kami dengan sekolah lain adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada nilai-nilai Pancasila. Kami tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter yang kokoh, berintegritas, dan memiliki rasa hormat terhadap perbedaan.