Mohon tunggu...
TNC
TNC Mohon Tunggu... Pilot - Open mind and be respectfull.

Love to read and to write. Menulis adalah sebuah proses belajar yang berkelanjutan. Selalu ada sisi pandang yang muncul untuk memperluas cara pandang kita dalam menyikapi permaslahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Bencana Gempa Tsunami Palu dari Cockpit C-130 Hercules

13 Oktober 2019   09:09 Diperbarui: 13 Oktober 2019   10:16 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan Bencana Gempa Tsunami Palu Dari Balik Cockpit C-130 Hercules

Sesaat setelah info Gempa 7.7 SR yang terjadi di Palu, pada saat itu saya sedang berada di boarding room Bandara Halim Perdana Kusuma untuk kembali ke Malang melalui Bandara Juanda. Sudah menjadi pola kerja kita crew Hercules apabila ada info bencana alam maka tanpa menunggu perintah dari atasan kita sudah mempunyai alertness bahwa kita akan bergerak secepat mungkin. 

Sehingga bersiaplah untuk berangkat. Pikiran pertama yang telintas adalah, adakah landasan pacu terdekat, bagaimana kondisi statusnya, mungkinkan pesawat Hercy landing disana, bagaimana kondisi ground support dan  pendukung penerbangan laiannya serta status dampak dari bencana tersebut.

Pola kerja tersebut telah otomatis menjadi sebuah mind mapping cara berfikir kita. Alhasil keesokkan harinya kita telah siap berada di bawah pesawat untuk melaksanakan crew briefing dalam rangka mendukung pasukan Yonkes Kostrad divisi 2 Malang dan Yonkes Marinir dari Juanda Surabaya. 

Suasana haru dan heroik bercampur menjadi satu, dimana pagi itu penerbangan langsung dilepas oleh Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Andi Wijaya dan Pangdiv 2 Mayjen TNI Marga Taufiq.

 Terima kasih crew Heli dan Tim Dalpur Paskhas

Tanggal 29 September 2018, Setelah mendapatkan kabar bahwa kondisi Run way Mutiara retak, maka kita perlu mendapat keyakinan bagaimana kondisi runway. Apakah masih bisa digunakan landing pesawat militer atau ada opsi lain. Pagi itu juga crew Heli dan tim Dalpur paskhas bergerak menuju ke  ke Bandara Mutiara untuk mengadakan assessment awal operasional bandara Mutiara Palu dari Lanud Hasanudin Makasar. 

Tim Dalpur dipimpin oleh Kapten Pas Trubus on board pesawat Helikopter NAS-332 dengan PIC Kapten Pnb Endrik. Setelah tim Dalpur yang memiliki kemampuan dalam pengendalian pangkalan memberikan info bahwa Bandara Mutiara  dapat dioperasionalkan secara terbatas oleh tim Dalpur Paskhas TNI AU maka operasi penerbangan dengan menggunakan pesawat C-130 Hercules dapat dilaksanakan. 

Pada dasarnya kemampuan Dalpur Paskhas kita dapat diterjunkan pada kondisi yang terbatas untuk memberikan info awal pada operasi bantuan kemanusiaan. Sehingga assessment awal dapat dilaporkan untuk bahan awal perencanaan HA/DR operation selanjutnya.

Pesawat Hercules Skadron Udara 32 pagi hari itu bergerak menuju Bandara Mutiara Palu dengan membawa pasukan dan peralatan dari Yonkes Divisi 2 Kostrad Malang dan Pasukan Yonkes dari Pasmar 2 Surabaya. 

Sebanyak masing-masing 100 personel baik dari Yonkes divisi 2 kostrad maupun Pasmar Surabaya berhasil kita daratkan dengan aman di Mutiara Palu, untuk selajutnya mereka melanjutkan tugas di lapangan.

Pentingnya Food supply dalam Cluster HA/DR operation

Hari pertama dan kedua penulis bertugas untuk melaksanakan 2 sorties tiap hari menuju ke Palu. Waktu itu kita berangkat dari Lanud HND Makasar sebagai pangkalan aju. Kita optimal membawa Yonkes baik dari Divisi 2 Kostrad maupun prajurit dari Marinir. Selebihnya kita menggeser beberapa tenaga ahli dan relawan yang harus segera tiba di Palu untk berbuat sesuatu yang diyakini bisa memperbaiki keadaan secara cepat. 

Namun demikian, observasi dan kenyataan di lapangan, kita belum bisa menggeser bahan makanan atau minuman air bersih secara significant. Artinya pada hari pertama dan kedua unique capability air force belum dimanfaatkan untuk membidik salah salah cluster terpenting dalam HA/DR operation yaitu food supply. 

Sehingga pada hari kedua, sore hari, para pengungsi di Bandara sudah semakin hilang akal fikiran dan rasionalisasi memaksa untuk dibawa keluar dari Palu menggunakan Hercules yang kami terbangkan. 

Kondisi tersebut memuncak pada hari ketiga dimana para pengungsi sudah bertambah banyak dan memaksa merangsuk Area parking Bandara untuk minta segera keluar dadi Palu. Pada kenyataannya, hari ketiga kemampuan air lift masih belum digunakan untuk mengangkut food suply.

Salah satu lesson learnt yang bisa kita simpan rapi dalam SOP penggulanagan bencana, bahwa Food supply menjadi sangat penting dan harus menjadi prioritas yang berdampingan dengan personel tenaga ahli yg dibutuhkan dalam mitigasi dan peralatan SAR. Pada saat supply food terlambat maka security aspect langsung terdampak. 

Penjarahan, dan chaos yang tak terkontrol dan potensi terjadinya kriminal meningkat. Dalam artian pemerintah, satgas ataupun badan penanganan harus mampu memberikan keterjaminan kebutuhan dasar hidup bagi korban yang masih selamat alias perut. 

Apabila korban yang masih selamat tidak mendapatkan keyakinan jaminan tersebut maka yang dilaksanakan adalah upaya keluar dari daerah tersebut fly from the situation rather than fight or survive with the condition. 

Kondisi yang terjadi saat itu adalah food supply tidak terpenuhi berdampak pada keterpaksaan mencari makanan yang berujung pada penjarahan. Sehingga aspect jaminan kemanan menjadi penting saat itu karena personel keamanan juga menjadi korban bencana alam. Secara jumlah dan kemampuan mereka juga terreduksi dengan dampak bencana alam.

 Evakuasi Udara

Sebagai bagian yang tidak dapat terlupakan pada kegiatan operasi HA/DR adalah kegiatan evakuasi baik dalam kondisi terluka secara fisik maupun psikis. Efek traumatis memberikan dampak yang besar pada keinginan pergi dari wilayah terdampak. Sehingga kegiatan Evakuasi menggunakan pesawat menjadi pilihan utama bagi korban bencana alam.

Salah satu istilah operasi yang dilaksanakan dalam bantuan kemanusiaan korban bencana alam adalah evakuasi melalui media udara dengan pesawat angkut. Kegiatan ini tidak dapat dianggap sepele karena kita berhadapan langsung dengan manusia yang sedang trauma, kelaparan dan dirundung duka. 

Secara psikologi mereka membutuhkan ketenangan, kepercayaan, rasa aman dan kebutuhan dasar manusianya tercukupi. Mereka akan berbuat nekat dan diluar akal sehat untuk dapat bertahan hidup. Kebanyakan mereka ingin segera keluar dari daerah bencana untuk menghilangkan rasa takut dan trauma yang dideritanya. 

Pada setiap sorti dari Palu kami membawa pengungsi baik dewasa maupun anak-anak bahkan bayi yang ingin segera keluar dari Palu. Tidak jarang diantara mereka dalam kondisi luka baik patah tulang maupun trauma benturan. 

Kondisi yang membuat kita terlarut dalam kesedihan dibalik baju lusuh dengan muka penuh belas dan tetesan air mata, membuat kita tersadar bahwa Tuhan maha berkehendak dan Tuhan Maha besar.

Meskipun masyarakat korban bencana sempat tidak terkendali dengan meringsek masuk ke area parkir pesawat untuk memohon agar ikut pesawat, kegiatan evakuasi dapat terlaksana dengan lancer berkat kerjasama antara crew Hercules dengan personel ground support di Palu. 

Sistem pedaftaran, pengaturan load planning, posko pendaftaran pesawat dan penyediaan tempat antri naik pesawat menjadi sangat penting untuk keteraturan proses evakuasi pada waktu itu.

Media Asing

Pada Hari keenam, media asing sudah mulai diijinkan masuk ke Bandara Mutiara Palu meliput langsung bagaimana proses penggeseran logistic dengan alutsista pesawat C-130 Hercules. Di lain pihak bantuan asing yang menggunakan pesawat Militer asing juga sudah diijinkan masuk ke Bandara Mutiara Palu. 

Beberapa pesawat militer asing yang sudah landing di Bandara Mutiara Palu adalah C-130 negara Singapore, New Zealand. Pada saat itu, selaku PIC pada pesawat C-130 saya sampaikan kepada wartawan asing tersebut bahwa akses untuk meliput berita silahkan dilaksanakan dengan tanpa masuk ke dalam pesawat. 

Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku pada alutsista militer TNI. Kita boleh terbuka namun tidak berarti harus telanjang. Bagaimanapun juga kita sebagai aset militer pada misi kemanusiaan selalu berpegang pada perbantuan dengan unique capability yang diterapkan pada misi operasi selain perang.

Catatan pelajaran berharga dalam operasi bantuan Kemanusiaan.

Efektifitas Gun Jam Terbang

Penggunaan alutsista pesawat terbang khususnya pengoperasian pesawat C-130 Hercules membutuhkan biaya yang cukup besar. Dimana dana yang digunakan pada dasarnya berasal dari rakyat Indonesia. 

Pemikiran penulis bahwa, setiap jam terbang yang digunakan untuk operasi kemanusiaan haruslah dihitung secara rigid perbandingan cost yang dikeluarkan dan keberhasilan operasi dalam rangka menjawab tugas yang diberikan. 

Dengan dasar pemikiran tersebut, maka penggerakan pesawat Hercules sortie per sortie harus melalui sebuah assessment skala prioritas kebutuhan pada wilayah terdampak. Kenyataan di lapangan beberapa sortie penerbangan menuju ke Palu masih belum digunakan berdasarkan skala prioritas.

Penggelaran Jaringan Komunikasi

Penggelaran jalur komunikasi antara pihak yang terlibat dalam penanganan Bencana di Palu menjadi pelajaran berharga bagi kita Bersama. Pada saat itu Line of communication sempat terputus karena rusaknya pemancar jasa telekomunikasi yang berdampak pada tidak berfungsinya jaringan telepon seluler. Pada kenyataanya, penggelaran jarkom berbasis pada alat militer belum secara optimal dimanfaatkan.

Selain daripada itu , terkesan pelaksanaan tugas belum terkoordinir dengan baik antar instansi yang berkontribusi. Semua dengan semangat kekeluargaan ingin membantu namun koordinator penanganan Bencana secara terpusat sebagai aplikasi kondisi bencana berstatus kewilayahan bukan Nasional belum Nampak jalur koordinasinya. 

Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus untuk selanjutnya dilatihkan pada setiap pemerintahan Daerah. Sehingga manakala terjadi bencana alam, para pemangku kebijakan pemerintah Daerah mampu berbuat secara cepat dan tepat dengan pola koordinasi yang efektif.

Selektif Pada pengiriman Personel

Sebuah catatan khusus yang menarik bagi penulis pada operasi penanggulangan bencana di Palu, adalah bagaiamana proses selektif tenaga ahli yang dikirim ke daerah bencana belum memiliki mekasnisme khusus. Artinya bahwa pengiriman personel menuju ke daerah bencana didasarkan pada kebutuhan individu, bukan didasarkan pada kebutuhan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi di lapangan. 

Tidak jarang penulis menjumpai beberapa orang relawan setelah tiba di daerah bencana keesokan harinya sudah kembali keluar dari Palu dengan minta diangkut kembli dengan pesawat Hercules. Fenomena yang cukup lucu sekaligus menggelikan dalam sebuah konsep penanganan Bencana Alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun