Teruntuk seorang yang akan menjadi ayah ataupun setiap yang membaca memiliki ayah atau pun tidak, Akan menemukan setiap keajaiban yang mendasari bahwa kehampaan itu adalah pelukat aksara setiap jiwa raga pengorbanan seorang ayah, tak lepas juga perjuangan yang melahirkannya yaitu seorang ibu yang merawat hingga seorang ayah itu menjadi kuat dan kebaikan pesan yang diberikan ketika ia dewasa menumbuhkan rasa pertanggung jawaban atas setiap makna yang ada.
Kini aku mengerti betapa kerja kerasnya adalah warisan bukan semata-mata harta atau peninggalan yang sifat nya dunia, tapi mempunyai penyerapan makna hakikat dan pelikat hubungan manusia dari hati ke hati dan juga cara membiarkan seorang anak tumbuh hingga ia melihat harapan sebagai puncak ibadah kehidupan yang sesungguhnya mula dari sederhana dan kemewahan itu semua yang menjadikan kefanaan terus berlanjut tapi kasih sayang nya bermuara ke penjuru anak dan cucu nya, tak ada yang bisa membayar seorang jasa ayah menjadi pemimpin keluarga atau mengganti jabatan seorang ibu melahirkan seorang anak laki-laki atau perempuan , Hutang sebagai pelikat yang dilahirkan adalah sepanjang masa bukan seolah-olah kenikmatan sementara, tapi itu anugerah alam semesta untuk menuju kepada illahi sebagai cinderamata, bahwa engkau sanggup dan menyanggupi lahir batin di ciptakan dan lindungi.
Ayah tanpa ibu mungkin karirmu hanya seorang kesepian yang mengadu nasib kepada tuhan, Aku berterimakasih kepada seorang ibuku yang telah melahirkan ku sebagai anak dan juga menjadi ayah kelak untuk anak ku, Setiap Ayah luka dan kecemasan yang selalu kau rindukan itu adalah bentuk kebahagiaan untuk penerusmu tapi orang bijak pernah berkata laki-laki tak mungkin bersedih tapi hati nya berdarah , dan aku sudah melakukan itu semua.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H