Mohon tunggu...
Taufik Agung Widodo
Taufik Agung Widodo Mohon Tunggu... Administrasi - Staf analis untuk asuransi

Alumni kampus Airlangga Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Perjalanan ke Pulau Tikus, Bengkulu

11 September 2015   11:47 Diperbarui: 11 September 2015   14:08 3943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Tikus!

Ketika bersepeda dikawasan kampung nelayan, dekat pantai panjang saya sering melihat adanya paket tur wisata ke Pulau Tikus. Ketika browsing mencari info wisata di Bengkulu pun saya sering membaca wisata tur ke Pulau Tikus bisa menjadi salah satu wisata yang wajib dicoba. Alhamdulillah, hari Minggu 6 September kemarin tanpa rencana sebelumnya saya travelling ke Pulau Tikus bersama teman kerja saya.

Tanpa perencanaan, sebab pada Sabtu malam pukul 11 malam saya dihubungi diajak ke Pulau Tikus. Saya diberi informasi jika kebetulan ada paket tur murah cukup bayar Rp 100.000,- kita bisa ke Pulau Tikus. Kenapa saya bilang murah? Sebab umumnya untuk paket tur ke Pulau Tikus (kebetulan saya sempat lihat poster yang ditempel di tempat makan) minimal Rp 150.000,- dengan minimal rombongan 10 orang. Paket tersebut sudah termasuk menyebrang, safety asuransi, serta makan. Jika ingin snorkling, maka biayanya bisa membengkak menjadi Rp 300.000,- per orang. Harga yang lumayan mahal yah, bila dibandingkan dengan kita berwisata ke Pulau Seribu di Jakarta. Makanya itu, karena penasaran dan harga yang 'miring' maka saya setuju ajakan ke

WELCOME PULAU TIKUS

Pulau Tikus tersebut.

Dan ternyata benar-benar perjalanan yang tidak terlupakan. Menyebrang ke Pulau Tikus menggunakan perahu nelayan. Kita bisa merasakan sensasi menjadi seorang nelayan. Terombang-ambing ombak besar. Kita bisa mengalami bagaimana tersiram ombak langsung, dan basah seketika. Ketika saya coba bandingkan dengan naik roller coaster, mungkin tidak seekstrem roller coaster. Permasalahannya ketika naik perahu tersebut adalah kita berada ditengah lautan dan saya pribadi tidak begitu pandai berenang. Saya semakin terkejut ketika diberi informasi jika perahu tersebut hanya membawa satu pelampung, yang bentuknya seperti roda hitam. Bukan pelampung berupa jaket. Saya hanya berdoa sepanjang perjalanan tersebut, semoga bisa selamat berangkat dan pulangnya. Namun memang menurut saya, ini merupakan pengalaman paling tidak bisa terlupakan untuk saya pribadi.

Pulau Tikus menarik, sebab dengan ukurannya yang kecil tidak sampai satu jam kita bisa berkeliling pulau tersebut. Kecuali kita sambil foto-foto disana, kita bisa lebih lama mengelilinginya. Di sekitar pantai pulau tersebut memang banyak terdapat karang yang indah. Buat yang hobi snorkling kalian bisa ikut paket wisata plus snorkling disana. Selain itu terdapat menara lampu (atau mercusuar ya) di pulau tersebut. Bagi yang memiliki keberanian terhadap tempat tinggi, kalian harus mencoba menaiki menara tersebut. Sebab kita akan merasakan sensasi naik tangga diterpa angin kencang, sehingga tangga yang kita naiki akan terguncang-guncang. Saya pribadi tidak berani karena ukuran badan saya yang tidak kecil, jadi saya ragu menaiki tangga yang ukurannya relatif kecil.

Sayangnya Pulau Tikus kurang terawat. Sebab saya lihat banyak sampah berserakan di tempat tersebut. Jadi penjaga Pulau Tikus tersebut hanya ada satu orang, yaitu petugas yang bekerja untuk menghidupkan lampu pemancar tersebut. Kebetulan saya sempat mengobrol dengan istri petugas tersebut. Si Bapak (saya lupa menanyakan namanya) merupakan PNS dari Dinas Kelautan (kalo tidak salah) yang ditugaskan dari Kantornya Tanjung Priok untuk mengawasi, menjaga dan menghidupkan lampu tersebut. Beliau tidak sendirian, kebetulan ada satu temannya lagi. Jadi ada dua petugas, yang membawa masing-masing istrinya.

Istri si-Bapak bercerita, jika tiap tiga bulan beliau pulang ke kampung halamannya di Cirebon. Untuk kebutuhan sehari-hari, karena jauh dari pasar mereka mendapakan kiriman beras dan mie. Sedangkan untuk sayurnya, beli di pasar Bengkulu. Beliau bisa ikut dengan romongan yang akan ke Bengkulu, atau minta tolong kepada nelayan untuk dibelikan di pasar.

Setelah makan siang, sekitar pukul 2 kami memutuskan untuk pulang. Sebenarnya kita diberi kebebasan bisa sampai sore di pulau itu, tapi kami sedikit khawatir dengan kondisi ombak yang biasanya mulai pasang di sore hari.

Berikut beberapa foto keindahan di Pulau Tikus.

LINDUNGI PULAU TIKUS

 
Teman saya ada yang sempat naik ke menara (merucuar) lampu disana. Dengan keberaniannya, mereka mencoba uji nyali mengalahkan rasa takut akan ketinggian. Saya sendiri tidak berani dan memilih hanya emmfoto dari bawah saja. Hahaa.

Selamat menikmati pesona Bengkulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun