Buat pembaca merasa menjadi bagian dari cerita. Gunakan kata "kamu" atau ajukan pertanyaan langsung seperti, "Pernahkah kamu merasa seperti ini?" Dengan begitu, mereka merasa lebih terhubung dengan isi tulisanmu.
Salah satu cara terbaik untuk melibatkan pembaca adalah dengan meminta mereka membayangkan situasi tertentu. Misalnya:
"Bayangkan kamu sedang duduk di sebuah kafe favorit, menikmati secangkir kopi hangat. Lalu, seseorang di meja sebelah bercerita tentang perjalanan hidupnya yang penuh liku. Tanpa sadar, kamu ikut hanyut dalam ceritanya. Itulah kekuatan keterlibatan dalam storytelling."
Selain itu, gunakan teknik interaktif seperti:
- Mengajak diskusi: "Menurut kamu, mana yang lebih efektif dalam storytelling, deskripsi panjang atau dialog singkat?"
- Menceritakan pengalaman pembaca: "Apakah kamu pernah mengalami momen yang begitu emosional hingga sulit diungkapkan dengan kata-kata?"
- Memberikan tugas kecil: "Coba tuliskan satu paragraf pendek tentang pengalaman pribadimu dan lihat bagaimana rasanya berbagi cerita."
Dengan cara ini, pembaca tidak hanya membaca artikelmu, tetapi juga merasa menjadi bagian dari narasi yang kamu bangun.
5. Akhiri dengan Kesan Mendalam
Jangan biarkan pembaca pergi begitu saja setelah membaca artikelmu. Tinggalkan mereka dengan sesuatu yang bisa direnungkan atau lakukan. Bisa berupa ajakan aksi (Call to Action/CTA), misalnya:
"Sekarang, coba pikirkan: bagaimana kamu bisa menerapkan storytelling dalam tulisanmu? Mulailah dengan satu kisah kecil, dan lihat bagaimana itu mengubah cara orang merespons tulisanmu. Yuk, coba dan bagikan pengalamanmu di kolom komentar!"
Dengan storytelling yang kuat, artikelmu bukan hanya sekadar tulisan, tapi juga jembatan emosi antara kamu dan pembaca. Jadi, sudah siap bercerita?
Salam Literasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI