Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Editor - Freelance Berdaulat

*Pejalan yang membutuhkan Energi Langit* =================================== Hai! Saya seorang penulis dan ghostwriter dari ACEH yang suka bercerita dan mengeksplorasi ide-ide baru, topik-topik unik dan pengalaman pribadi. Saya senang menciptakan karya-karya yang membuat orang berpikir tentang sejarah, kebudayaan, dan Adat istiadat dan gemar menjelajahi kehidupan dan keberagaman dunia. Dukungan Anda sangat berarti bagi saya, dan itu membantu saya terus berbagi cerita dengan Anda semua. Penyuka bacaan: #Antropologi, #Sosiologi, #Poetri, #Sejarah, #Ekonomi, #sosialbudaya #kebijakan #kearifanlokal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengelola Ketakutan dan Ketergantungan terhadap Teknologi Kecerdasan Buatan: Sebuah Refleksi

17 Januari 2025   22:57 Diperbarui: 17 Januari 2025   22:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi futuristik City (Sumber: DALL*E)

Artificial Intelligence - Pernahkah Anda merasa ragu sekaligus kagum dengan teknologi yang semakin maju? Di satu sisi, kecerdasan buatan (AI) membuka pintu menuju kemudahan dan efisiensi yang belum pernah kita bayangkan. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran: apakah teknologi ini pada akhirnya akan mengambil alih kendali hidup kita? Dalam artikel ini, saya ingin mengajak Anda menjelajahi ketakutan, manfaat, dan cara kita bisa berdamai dengan teknologi di era digital yang serba cepat ini.

Apakah AI Akan Mengendalikan Kita?

Ketakutan terhadap teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), sering kali menjadi topik perdebatan hangat. Saya sendiri sering merenungkan pertanyaan ini, terutama setelah menonton film-film futuristik yang menggambarkan robot menguasai dunia. Namun, apakah ketakutan ini sepenuhnya beralasan? Misalnya, film seperti The Matrix atau Ex Machina sering kali menggambarkan AI sebagai ancaman yang menguasai manusia, membentuk persepsi bahwa teknologi bisa menjadi musuh daripada sekutu.

Profesor Stella Christi Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029, dalam diskusi pada podcast youtube baru-baru ini, menggarisbawahi bahwa meskipun AI unggul dalam beberapa aspek seperti memori dan penyimpanan informasi, kita tidak boleh melihat teknologi sebagai ancaman. Sebaliknya, teknologi adalah alat untuk memberdayakan kemampuan manusia.

Menariknya, ia juga menekankan bahwa melupakan beberapa informasi dapat menjadi hal yang sehat. Dengan mengabaikan detail yang tidak perlu, kita bisa lebih fokus pada pola besar dalam kehidupan. Bukankah itu salah satu kekuatan unik manusia dibandingkan AI? Jadi, daripada takut, mungkin saatnya kita memikirkan cara memanfaatkan teknologi secara bijak.

Teknologi dalam Kehidupan Sehari-Hari: Manfaat atau Bahaya?

Namun, cerita tidak berhenti di sana. Ketergantungan pada teknologi, seperti ChatGPT, juga membawa tantangan baru. Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana kita sering mencari jawaban cepat daripada mencoba memecahkan masalah sendiri? Ini mungkin terlihat sepele, tetapi jika dibiarkan, kita berisiko kehilangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Sebagai contoh, saya sering melihat keluarga duduk bersama tetapi sibuk dengan gadget masing-masing (termasuk saya :(, apakah anda juga termasuk dalam bagian ini?).

Pemandangan ini tidak hanya menyedihkan, tetapi juga mengingatkan kita bahwa komunikasi tulus dalam keluarga memainkan peran penting, terutama untuk perkembangan kognitif anak-anak. Studi menunjukkan bahwa meskipun paparan teknologi dapat mendukung pembelajaran, interaksi interpersonal tetap menjadi kunci utama dalam pertumbuhan intelektual. Maka, bukankah penting bagi kita untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan momen bermakna bersama orang-orang tercinta?

Menemukan Keseimbangan dalam Dunia Digital Jadi, bagaimana kita harus menyikapi ini?

Solusinya adalah menemukan keseimbangan. Gunakan teknologi untuk mempermudah hidup, tetapi jangan biarkan ia menggantikan kemampuan kita untuk berpikir, berkomunikasi, dan merasakan kehidupan secara penuh. Mulailah dari hal sederhana, seperti meluangkan waktu tanpa gadget saat makan bersama atau mencoba menyelesaikan masalah tanpa bantuan teknologi.

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan:

1. Tetapkan Batasan Waktu Penggunaan Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun