Bagi masyarakat Pamah Semelir, lumbung desa bukan sekadar tempat menyimpan padi. Ini adalah simbol ketahanan, kearifan lokal, dan solidaritas komunitas. Dengan bentuk sederhana, lumbung desa dibangun dari bahan-bahan lokal seperti kayu, bambu, dan atap daun rumbia. Namun, fungsinya jauh melampaui wujud fisiknya yaitu dengan adanya lumbung merupakan jantung kehidupan masyarakat desa.
Pengulu dan Siberu: Penjaga Tradisi
Lumbung ini dikelola oleh seorang Pengulu, yang merupakan pendiri desa Pamah Semelir. Ia bertugas sebagai pemimpin yang mengatur pemakaian cadangan padi. Sementara itu, tugas operasional harian dipegang oleh Siberu, seseorang yang bekerja atas perintah Pengulu. Kerja sama ini menunjukkan bahwa setiap peran, besar maupun kecil, sangat penting dalam menjaga keberlangsungan sistem lumbung.
Sayangnya, sistem ini tidak mampu bertahan seiring perubahan zaman. Pada tahun 1985, lumbung terakhir di Pamah Semelir resmi ditinggalkan. Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan hasil panen yang stagnan atau menurun.
Kebutuhan hidup yang terus bertambah juga menggeser prioritas masyarakat. Sistem lumbung yang dahulu berbasis komunitas mulai tergantikan dengan pola ekonomi yang lebih individualis. Selain itu, teknologi pertanian yang belum berkembang pada saat itu membuat produksi padi sulit memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Kegunaan Padi di Lumbung: Lebih dari Sekadar Cadangan
Ketika kita berbicara tentang lumbung padi di Pamah Semelir, yang terlintas bukan hanya soal tempat penyimpanan. Lumbung ini memiliki peran multifungsi yang sangat penting, mencakup kebutuhan adat, sosial, hingga solusi menghadapi krisis. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai kegunaannya:
1. Mendukung Upacara Adat
Masyarakat Pamah Semelir memandang upacara adat sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ritual-ritual seperti pesta/makan-makan/kenduri, pernikahan, hingga acara adat penghormatan kepada leluhur membutuhkan padi sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Lumbung menjadi sumber utama untuk menyediakan bahan makanan yang dibutuhkan, sehingga acara adat dapat berjalan lancar tanpa membebani individu atau keluarga tertentu.
Misalnya, dalam kenduri syukuran panen, padi yang diambil dari lumbung akan diolah menjadi nasi untuk disajikan kepada warga desa dan tamu yang hadir. Hal ini tidak hanya memperkuat rasa syukur kepada alam, tetapi juga mempererat hubungan sosial dalam komunitas.
Di Desa Telagah, termasuk Dusun Pamah Semelir, terdapat sebuah tradisi adat yang sangat penting dan sarat makna, yaitu upacara "Kerja Tahunan". Upacara ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang diberikan oleh alam, sekaligus sebagai sarana mempererat hubungan antarwarga dan menjaga tradisi leluhur.
2. Penyambutan Tamu
Bagi masyarakat Pamah Semelir, tamu adalah kehormatan yang harus disambut dengan penuh keramahan. Ketika desa menerima tamu penting, baik dari pemerintah, tokoh adat lain, maupun orang asing, mereka akan memastikan bahwa tamu tersebut dilayani dengan baik.