Sedangkan tampilan interiornya mengetengahkan sebuah tunnel of sorrow yang menggiring wisatawan ke suatu perenungan atas musibah dahsyatnya yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.
Bangunan museum berdiri megah pada lahan seluas satu hektar, sekilas tampak seperti perahu lengkap dengan cerobong asapnya. Desain ini begitu unik dan tematik sekali.
Pada pintu masuk museum dipajang helikopter milik Kepolisian yang pernah bertugas di Bumi Rencong yang terkena terjangan tsunami. Kerusakan dari helikopter inilah yang sebenarnya ingin ditampilkan agar wisatawan sadar betul akan kedahsyatan tsunami yang melanda Bumi Serambi Mekkah.
Jika Anda masuk lebih ke dalam, maka akan disuguhkan dengan sebuah lorong sempit layaknya labirin yang agak remang. Di sini wisatawan dapat melihat air terjun di sisi kiri dan kanannya yang mengeluarkan suara gemuruh air. Lorong ini untuk mengingatkan para wisatawan pada suasana saat tsunami datang.
Selanjutnya adalah sebuah ruang yang disebut The Light of God. Ruang yang berbentuk sumur silinder ini menyorotkan cahaya ke atas sebuah lubang dengan aksara Arab, Allah. Dinding sumur silinder juga dipenuhi nama-nama para korban tsunami Aceh. Kalau wisatawan melihat dari jauh atau dari luar akan terlihat seperti cerobong.
Keluar dari sana, ada memorial hall di ruang bawah tanah. Ruangan ini gelap dengan dinding kaca. Di sana pengunjung dapat melihat foto-foto kondisi Aceh yang porak poranda setelah tsunami. Foto-foto tersebut ditampilkan memakai pada 26 layar display elektronik selebar 17 inci.
Museum ini dibangun dengan dana sekitar Rp 70 miliar, sekarang telah menjadi ikon bagi Kota Banda Aceh. Bahkan, menjadi landmark kedua Kota Banda Aceh setelah Masjid Raya Baiturrahman.
Terbukti dengan masih banyaknya pengunjung yang berdatangan ke museum, menurut juru parkir yang berada di Museum Tsunami, semenjak dibuka untuk umum, diperkirakan rata-rata pengunjung berjumlah sekitar seribu sampai dua ribuan per bulan, paling ramai hari Sabtu dan Minggu. Museum ini ramai dikunjungi setiap hari oleh anak sekolah, wisatawan lokal, nasional dan wisatawan mancanegara.
Tips berkunjung ke Museum Tsunami Aceh
- Pastikan mengecek jadwal terbaru di situs resmi atau kontak museum, karena jam operasional bisa berubah pada waktu-waktu tertentu atau hari libur besar.
- Museum ini sering ramai di sore hari, jadi mengatur waktu kunjungan di pagi hari bisa memberi pengalaman yang lebih tenang dan nyaman.
Kunjungan ke Museum Tsunami Aceh terasa lebih dari sekadar wisata, ini adalah pengalaman batin yang menginspirasi. Kamu mungkin akan pulang dengan hati yang lebih penuh dan pikiran yang lebih terbuka, menghargai setiap momen kecil yang kita miliki.
Nah, gimana? Kamu tertarik untuk menyusuri lorong-lorong yang penuh makna di Museum Tsunami Aceh ini?