Suka Damai, Aceh Barat Daya - Di sebuah desa yang terletak di lembah hijau Aceh Barat Daya, Desa Suka Damai, pagi itu diselimuti suasana penuh harapan.Â
Di kaki bukit Desa, suara angin merayap di sela-sela pepohonan jengkol dan durian dan suara gemericik aliran sungai yang mengalir, di sana, hidup seorang petani sederhana bernama Marwan, seorang dari salah satu anggota Masyarakat Mitra Polhut (MMP) yang menggantungkan hidupnya pada alam.
Di tahun 2019, Marwan memutuskan mengambil langkah yang tak biasa ia memulai budidaya lebah madu Trigona. Sepuluh log, bantuan dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), menjadi modal awal bagi Marwan dan kelompoknya. Harapan tumbuh, seperti tetes-tetes manis madu yang diimpikan akan mengalir.
Namun, kenyataan tak selalu seindah harapan. Enam bulan berlalu, langkah-langkah anggota kelompok mulai tersendat. Mereka mulai mundur satu per satu, terhalang oleh masalah pemasaran yang tak kunjung jelas dan musim paceklik (kemarau) yang tak kenal kompromi.Â
Marwan tetap bertahan, meski ia tahu bahwa kesabaran adalah perbuatan yang tak semua orang sanggup menjalani.
Waktu terus berlalu, setahun penuh berlalu sebelum angin keberuntungan berubah arah. Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan Desa Suka Damai yang tak tinggal diam, melakukan promosi yang membuka mata pasar terhadap madu Trigona.Â
Kini, log yang tadinya hanya sepuluh, bertambah menjadi dua puluh hasil dari penjualan. Marwan kembali menata mimpi, satu demi satu. Dengan dua puluh log yang ia kelola, satu liter madu dapat dipanen dari setiap log tiap bulannya. Sebuah hasil yang, baginya, jauh lebih dari sekadar angka.
Pelatihan Budidaya Lebah Madu Desa Suka Damai
Desa Suka Damai, merupakan desa konservasi binaan Balai Nasional Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL), dimana warganya mendiami kawasan sekitar atau daerah penyangga TNGL. Kegiatan pelatihan budi daya lebah madu diikuti kelompok masyarakat Desa Suka Damai, beranggotakan 30 orang.
Pelatihan waktu itu dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), melalui Bidang Pengelolaan Taman Nasional Gunung Leuser (BPTNGL) Wilayah I Tapaktuan dan Seksi Pengelolaan Tanam Nasional Gunung Leuser (SPTNGL) Wilayah I Blangpidie tanggal 19 November 2019 lalu.
Hal ini sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Nomor P.43/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2017 tentang pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
Harga madu itu tak murah 100.000 untuk setiap 160 ml. Tapi, di balik setiap tetesnya, ada cerita. Cerita tentang alam yang tak pernah henti memberi, tentang kesabaran seorang petani yang tak kenal lelah, dan tentang kerja sama manusia dengan tanah yang dihuninya.Â
Di Suka Damai, di tengah hijaunya hutan konservasi, Marwan terus bertani, merawat harapannya seperti ia merawat log-log madu Trigona itu dengan tekun, dengan cinta, dengan keyakinan bahwa hasil yang manis akan selalu datang di waktu yang tepat. [*]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H