Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknologi Pendidikan: Obat Ampuh Mengobati "Kutil"

23 Agustus 2014   05:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi para Guru TIK nanti sebenarnya bukanlah ditugaskan untuk membuat media/bahan ajar yang sifatnya 'by design', tapi lebih kepada media/bahan ajar yang sifatnya 'by utilization'. Lho, apa bedanya?! Kalau 'by design' adalah media yang belum ada dan sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran, tapi kalau 'by utilization' adalah media yang sudah ada tapi dikemas sedemikian rupa untuk keperluan pembelajaran.

Dengan media yang 'by utilization' para Guru TIK nantinya dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar untuk menjadi bahan ajar. Emang susah ya bikin media pembelajaran 'by utilization'? Jawabannya tidak sama sekali, asal tau saja metode-metode pengembangan berbagai bahan ajar. Karena bahan ajar banyak sekali variasinya, sehingga mengakibatkan metode pengembangannya pun berbeda-beda.

Teknologi pendidikan hadir, salah satu tujuannya, adalah untuk menyelesaikan permasalah tersebut. Yaitu untuk mengembangkan media-media pembelajaran yang bersifat efektif, efisien, dan berdaya tarik melalui metode-metode pengembangan yang ilmiah tersistematis. Pengembangan media yang tidak menyesuaikan diri dengan metode yang ada bisa saja mengakibatkan ketidakmaksimalan dalam pencapaian proses pembelajaran dan hasil yang sudah ditetapkan.

Sebagai disiplin ilmu yang multidisipliner, Teknologi Pendidikan mewadahi segala jenis bidang keilmuan untuk di 'delivery' kan kepada peserta didik sesuai dengan karakteristik mereka. Sehingga pembelajaran quantum yang diidam-idamkan akan tercapai. Karena prinsip kerja Teknologi Pendidikan bukanlah pada pemanfaatan teknologi terkini, melainkan tetap pada pelaksanaan pembelajaran yang efektif, efisien, dan berdaya tarik.

Guru TIK yang bertugas di sekolah-sekolah yang memiliki infrastruktur pembelajaran minim, tentunya tidak bisa mengikuti idealismenya sebagai insan yang mengedepankan teknologi ketimbang keadaan real. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan Teknologi Pendidikan mesti dikuasai untuk menunjang keprofesionalitasan mereka disaat bertugas.

Jika pemerintah ingin memaksimalkan peran guru TIK sebagai 'pebimbing karier' dalam bidang Teknologi Informasi untuk siswa dan memaksimalkan para guru mapel lainnya mengembangkan media/bahan ajar yang powerful, maka sudah tentu jabatan tugas ini haruslah dipisahkan.

Biarkah Guru TIK dengan tanggung jawabnya untuk 'membumikan' teknologi informasi dan komunikasi di kalangan siswa dan sekolah, sementara itu tugas pengembangan bahan ajar atau media pembelajaran diserahkan pada sumber daya manusia yang lebih tepat, yaitu tenaga pengembang Teknologi Pendidikan.

Pemerintah sudah harus mawas diri, bahwa sekarang adalah era pembelajaran yang 'borderless', sehingga harus ada tenaga pengembang yang memang berkonsentrasi merancang sumber-sumber belajar menjadi bahan ajar yang tepat guna demi menunjang peningkatan mutu output pendidikan negeri.

Kurikulum 2013 yang masih saja sibuk dengan pendistribusian bahan ajar yang belum merata, akan sangat tertolong jika disetiap sekolah memiliki tenaga pengembang bahan ajar yang kreatif dan inovatif. Sehingga mampu menyesuaikan kebutuhan sekolah dengan standar yang diberikan oleh pusat. Jika itu terwujud, maka pemerintah tak perlu lagi berkutat dan pusing dengan bahan ajar yang harus diproduksi tiap tahunnya, biarkan tenaga pengembang Teknologi Pendidikan yang bekerja untuk mengembangkan bahan ajar yang bersubstansi global dengan cara yang local genius.

Bandung, 22 Agustus 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun