Al-ilmu nurrun. Ilmu itu merupakan cahaya. Cahaya yang menerangi kehidupan umat manusia. Ilmu itu laksana mentari yang menerangi sebuah lembah peradaban manusia.
Tenggelamnya peradaban Islam dalam berbagai ilmu pengetahuan didahului oleh mulai menggeliatnya dunia Barat akan ilmu pengetahuan. Sehingga banyak sekali orang-orang Barat yang menerjemahkan manuskrip-manuskrip hasil peradaban Islam. Sesudah itu, mulai bermunculan berbagai faktor yang mengakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan tersendat sampai saat ini, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berbagai sejarawan mulai mencari titik temu. Mengapa peradaban Islam dalam bidang pengetahuan mulai tenggelam bahkan sampai saat ini.
Ada beberapa alasan yang membuat peradaban islam khususnya dalam bidang pengetahuan mulai tenggelam. Apa saja itu? Mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat ya....
A. Â Adanya Penjualan Manuskrip
Pada dasarnya manuskrip merupakan barang langka dan bernilai jual tinggi. Apalagi pada masa itu, dunia Barat mulai menggeliat dengan hebat. Banyak sekali, orang barat yang menerjemahkan manuskrip-manuskrip peradaban Islam untuk mereka pelajari. Mereka menerjemahkannya di Toledo, Salerno, Cordova, dan Granada.
Adanya penjualan manuskrip dimulai tatkala Andalusia jatuh secara mutlak ke tangan orang-orang Castilla dan Aragon. Mereka berhasil merampas perpustakaan Arab yang besar yang merupakan harta kekayaan termahal dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran. Pada saat Toledo jatuh ke tangan Alfonso VI, Raja Castilla pada tahun 1085 Masehi, para perampok Spanyol ini menjual perpuastakaannya dengan koleksi buku yang berjumlah 500.000 jilid kepada para pelancong.
Kemudian pada saat jatuhnya Cordova pada tahun 1236 Masehi, perbuatan biadab ini terulang kembali. Perpustakaan Cordova dengan jumlah koleksi sebanyak 440.000 jilid juga dijual. Demikian juga, pada saat jatuhnya kota Granada pada tahun 1492 Masehi. Perpustakaan Granada dengan jumlah koleksi sebanyak 500.000 buah juga dijual.
Para penjual buku ini kemudian membawanya di atas unta mereka untuk mereka jual kepada orang-orang yang berani membayar dengan harga mahal. Konon katanya, menurut Gaudah, orang-orang Eropa yang berada di wilayah sekitar Prancis, Itali, dan Jerman. Mereka kemudian mempelajarinya dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin dan berbagai bahasa Eropa lainnya.
Makanya pantas saja kalau ada klaim bahwa penemuan Bintang Mercury itu bukan karya Copernicus tetapi karya Ibnu Syathir. Karena hal itu terbukti setelah ditemukannya manuskrip Arab di tempat kelahirannya Copernicus.
Muhammad Gharib Gudhah dalam Biografi Ibnu Asy-Syathir mengungkapkan Ibnu Asy-Syathir berhasil menentukan tempat peredarannya bintang Mercury dan bulan yang selama ini telah membingungkan para ilmuwan. Dua contoh pergerakan dari keduanya merupakan penemuan pertama yang memberikan jalan bagi terwujudnya ilmu astronomi modern. Namun, seorang ahli astronomi Polandia, Copernicus, telah mengambil dua contoh pergerakan bintang Mercury dan bulan yang dibuat oleh Ibnu Asy-Syathir, dua abad setelah wafatnya Ibnu Asy-Syathir. Belakangan penemuan tersebut dikenal dengan Copernican System.
Seperti yang dinyatakan dalam Ensyclopedia of Islam, "Penemuan yang telah diraih oleh Ibnu Asy-Syathir ini banyak memiliki persamaan dengan contoh yang ditemukan oleh Copernicus setelah berlalu dua abad lamanya. Apalagi contoh yang dikemukan oleh Copernicus, terutama tentang bulan dan bintang Mercury sangat mirip sekali. Keduanya telah menggunakan teori Ath-Thusi. Keduanya juga telah menentukan pusat pergerakan yang teratur dengan cara yang sama. Oleh karena itu, ada sedikit keraguan bahwa Copernicus telah mengetahui penemuan dan karya Ibnu Asy-Syathir. Namun meskipun demikian pengutipannya secara terperinci masih rumit untuk diketahui."Â