Credit Usman Pulao, Adelia Suimu, Fratiwi Patalangi, Irvan UsmanÂ
Generasi alpha (Gen A) merupakan anak-anak yang dilahirkan oleh generasi milenial. Istilah ini dikemukakan oleh mark Mc Crindle melalui tulisan di majalah Business Insider (Christina Sterbenz, 2015). Generasi alpha (2011-2025) generasi yang paling akrab dengan teknologi digital dan generasi yang diklaim paling cerdas dibandingkan generasi generasi sebelumnya. Sebanyak 2,5 juta anak generasi alpha lahir di dunia setiap minggunya. Gen A merupakan generasi paling akrab dengan internet sepanjang masa. Mc Crindler juga memprediksi bahwa generasi Alpha tidak lepas dari gadget, kurang bersosialisasi, kurang daya kreativitas dan bersikap individualis. Generasi alpha menginginkan hal-hal yang instan dan kurang menghargai proses. Keasyikan mereka dengan gadget membuat mereka teralienasi secara sosial.
Kehadiran gen alpha dalam lingkungan yang sepenuhnya terhubung secara digital membuat mereka di kenal sebagai digital native. Mereka generasi yang tidak hanya akrab dengan teknologi tetapi juga bergantung padanya untuk menjalani kehidupan sehari-hari (yayasan bangun kecerdasan 2024).Â
Menurut analisis sosial dan demografi Mark McCrindle, anggota tertua dari generasi baru menginjak usia 14 tahun, namun pengaruh ekonomi mereka sudah terasa. Gen alpha tidak hanya mengeluarkan uang dalam jumlah besar, tetapi juga mempengaruhi keputusan belanja orang tua mereka.
Banyak dari Generasi Alfa yang tumbuh dengan menggunakan ponsel cerdas dan tablet sebagai bagian dari hiburan masa kecil mereka, dan banyak dari mereka yang menggunakan perangkat tersebut sebagai pengalih perhatian atau alat bantu pendidikan. Waktu pemakaian perangkat elektronik di kalangan bayi, balita, dan anak prasekolah telah meningkat secara signifikan selama tahun 2010-an. Sekitar 90% anak kecil menggunakan perangkat elektronik genggam pada usia satu tahun.
Gen A paling akrab dengan internet sepanjang masa, Mark McCrindle memperkirakan bahwa generasi Alpha akan lebih individualis, kurang bersosialisasi, kurang kreatif, dan menggunakan perangkat elektronik. Generasi Alpha tidak menghargai proses dan menginginkan hal-hal cepat. Mereka menjadi teralienasi secara sosial karena kecintaan mereka pada perangkat tersebut. Karena dibesarkan di era teknologi canggih, Dr. Neil Aldrin, M.Psi dan Psikolog, mengatakan bahwa generasi Alpha mungkin lebih materialistis dan pragmatis. Selain itu, mereka sangat pragmatis, kurang memperhatikan prinsip, dan umumnya lebih egois dari pada generasi sebelumnya. Kedepannya, kemajuan teknologi yang cepat ini pasti akan memengaruhi mereka, termasuk gaya belajar, materi yang dipelajari di sekolah, dan cara mereka berinteraksi setiap hari. Ini akan menyebabkan mereka melihat klasifikasi generasi yang mutakhir. Tanpa jejaring sosial, mereka tidak akan tahu dunia tanpa teknologi (Ade,dkk 2024).
Generasi alpha sudah mengenal smartphone sejak bayi, dan mereka tidak melihat smartphone sebagai alat; sebaliknya, teknologi akan menjadi bagian penting dari hidup mereka (Ade,dkk 2024). Smartphone beroperasi dengan begitu mudah sehingga generasi alpha lebih menyukainya daripada laptop. Selain itu, mereka ingin aplikasi yang menarik secara visual dan mudah digunakan dibuat sesuai kebutuhan mereka. Kemampuan berkomunikasi secara langsung jauh berkurang. Meskipun teknologi dapat menyediakan banyak informasi, itu juga memiliki efek yang buruk. Karena sibuk dengan Gadgetnya, Generasi Alpha jarang berinteraksi langsung dengan orang lain. Hal ini dengan sendirinya akan mengurangi kepedulian mereka dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi.
Krisis moral yang dihadapi oleh Generasi Alpha berperan signifikan dalam penurunan tingkat empati pada mereka. Karena Generasi Alpha memiliki hubungan yang kuat dengan teknologi dan menggunakannya setiap hari. Kelemahannya adalah mereka selalu ingin segala sesuatu dengan cepat tanpa mengetahui prosesnya. Selain itu, mereka cenderung individualistis dan egosentris, dan tidak banyak berbicara (antisosial) ( Widodo & Rofiqoh, 2020). Untuk mengatasi hal-hal tersebut di perlukan peran orang tua untuk mempertahankan dan mendorong prinsip-prinsip positif, orang tua di era digital harus memahami perubahan yang terus terjadi. Sebagai orang tua, sangat penting untuk memahami sepenuhnya manfaat dan efek negatif dari media digital agar kita dapat memanfaatkannya dengan baik dan mengurangi risikonya. Teknologi juga dapat membantu anak-anak menerima informasi sesuai usia dan membuat mereka cerdas, inovatif, dan kreatif (Saman, Dian Hidayati, 2023). Orang tua sangat penting bagi generasi alpha dalam memberikan rasa aman fisik dan psikis, kasih sayang, model perilaku yang baik untuk anak hidup dalam masyarakat, dan bimbingan dalam belajar untuk mengoptimalkan pengembangan inspirasi dan prestasi anak. Orang tua juga sangat penting dalam memberikan arahan tentang keterampilan literasi digital untuk keberhasilan. Meningkatkan minat membaca Gen A adalah tanggung jawab bersama. Orang tua, pendidik, dan masyarakat perlu bekerjasama untuk menciptakan generasi yang gemar membaca dan memiliki pengetahuan yang luas. Dengan meningkatkan minat membaca, Gen A dapat menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Fadlurrohim.I.& dkk. (2019). Memahamai Perkembangan anak Generasi Alfa di Era Industri 4.0. Jurnal Pekerjaan Sosial. 2(2).