Iman memiliki peran penting dalam mengurangi perasaan tak berdaya, karena ia memberikan kekuatan batin, harapan, dan keyakinan bahwa seseorang tidak pernah benar-benar sendiri dalam menghadapi tantangan hidup.
Salah satu konsep utama dalam psikologi stres adalah perasaan tidak berdaya, yang sering kali muncul dalam kondisi depresi. Menurut Koenig (2012) menyatakan bahwa iman dapat mengurangi perasaan ini dengan memberikan individu keyakinan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah hidup. Kepercayaan bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar dan bahwa ujian yang dihadapi adalah bagian dari takdir bisa membantu individu mengatasi rasa putus asa dan merasakan adanya kontrol kembali dalam hidup mereka.
4.Peran Iman dalam Mencapai Kehidupan yang Otentik
Peran iman dalam mencapai kehidupan yang autentik sangat penting karena iman memberikan landasan moral, spiritual, dan eksistensial yang membantu seseorang hidup sesuai dengan nilai-nilai terdalamnya. Kehidupan yang autentik adalah kehidupan yang dijalani dengan kesadaran, kejujuran terhadap diri sendiri, dan keselarasan antara tindakan, keyakinan, serta tujuan hidup.
Menurut Yalom (1980) mengemukakan bahwa depresi dan stres seringkali timbul ketika individu merasa hidup mereka tidak otentik atau tidak sesuai dengan nilai-nilai terdalam mereka. Banyak orang merasa terjebak dalam eksistensi yang didorong oleh harapan orang lain atau oleh tuntutan sosial yang tidak selaras dengan apa yang mereka yakini benar. Dalam banyak kasus, agama dan iman dapat menjadi jalan untuk kembali kepada diri sendiri dan mengarahkan individu pada kehidupan yang lebih otentik. Iman membantu individu menemukan kembali nilai-nilai pribadi yang sejati, yang selaras dengan keyakinan spiritual mereka, dan memberikan dorongan untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, sehingga mengurangi perasaan tidak puas atau kehilangan arah yang sering ditemukan dalam depresi.
5.Iman Membantu Mencari Makna dalam Penderitaan
Iman memiliki peran yang signifikan dalam membantu seseorang mencari makna dalam penderitaan. Dalam berbagai tradisi keagamaan dan spiritualitas, penderita tidak hanya dipandang sebagai pengalaman negatif, tetapi juga sebagai ujian atau kesempatan untuk pertumbuhan spiritual.Â
Menurut Rahayu (2020) juga menjelaskan bahwa salah satu aspek penting dari spiritualitas adalah kemampuannya untuk membantu individu mencari makna dalam penderitaan mereka. Banyak orang yang mengalami stres dan depresi merasa hidup mereka kehilangan arah atau tujuan. Dalam banyak tradisi agama, ada keyakinan bahwa setiap ujian dan penderitaan memiliki makna dan tujuan tertentu, yang mungkin tidak selalu langsung terlihat. Melalui iman, individu dapat melihat tantangan hidup sebagai bagian dari proses pembelajaran spiritual atau ujian dari Tuhan yang pada akhirnya akan membawa kebaikan. Keyakinan ini membantu individu merasa bahwa penderitaan mereka bukanlah hal yang sia-sia, yang dapat mengurangi perasaan putus asa dan depresif.
6.Stres dan Kesehatan Mantal
 Stres memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan mental, baik secara positif maupun negatif. Dalam konteks tertentu, stres dapat memotivasi seseorang untuk bertindak, tetapi stres yang berlebihan atau tidak terkendali dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.
Meskipun agama dan spiritualitas dapat menawarkan banyak manfaat dalam menghadapi stres dan depresi, Menurut Miller dan Thoresen (2003) juga mengingatkan bahwa dampaknya dapat bervariasi antar individu. Beberapa individu mungkin menemukan kenyamanan dalam keyakinan agama mereka, sementara yang lain mungkin tidak merasa manfaat yang sama. Oleh karena itu, mereka menekankan pentingnya memahami konteks individu ketika menilai peran agama atau spiritualitas dalam pengelolaan kesehatan mental