Mohon tunggu...
Taufik Hidayattuloh
Taufik Hidayattuloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - artikel biokonservasi

artikel biokonservasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Warning, Kondisi Hutan Mangrove di Indonesia Mulai Terancam!

28 Desember 2021   21:21 Diperbarui: 28 Desember 2021   21:25 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (image by : Marfianto)

Hutan bakau biasa dikenal dengan mangrove adalah hutan yang terletak di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut dari perpaduan sungai dan air laut. Hutan Mangrove merupakan vegetasi pantai tropis terutama dari beberapa jenis mangrove yang dapat tumbuh dan berkembang di daerah intertidal pantai berlumpur. Mangrove ditemukan di pantai, teluk dangkal, muara, dataran dan sungai.

            Luas total mangrove di Indonesia menyumbang 25% dari hutan mangrove dunia dan membentang lebih dari 90.000 km dari garis pantai. Namun, laju kerusakan mangrove di Indonesia adalah yang tercepat dan tercepat di dunia. Indonesia telah kehilangan sekitar 40% luas mangrove. Kerusakan mangrove terutama disebabkan oleh alih fungsi tambak, danau, pemukiman manusia, industri dan peternakan. Bukan hanya karena penggundulan hutan bakau tetapi juga karena penebangan liar. Hutan bakau dibuka untuk bahan bangunan, pembuatan kapal, batu bara, dan kayu bakar. Ini termasuk kematian mangrove akibat pembuangan limbah industri.Kerusakan hutan mangrove ini cukup memprihatinkan, hal ini merupakan masalah yang serius karena hutan mangrove kaya akan fungsi ekosistem. Mantan Komisaris Dinas Taman Nasional Gunung Leuser mengatakan bahwa"hutan bakau memainkan peran penting dalam mennetralkan air laut dan mengurangi tsunami". Hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi dari hutan mangrove adalah:

1.  Dapat menahan arus yang dapat mengikis wilayah pesisir.

2. Penyerap  karbon dioksida dan generator oksigen.

3. Tempat di mana biota-biota laut, seperti ikan-ikan kecil, bersembunyi dan mencari makan.

            Hutan bakau Indonesia bermanfaat bagi masyarakat dengan mendukung mata pencaharian diantaranya :

Masyarakat memanen udang, belut, kerang, kepiting, siput laut dan berbagai jenis ikan dari ekosistem mangrove untuk memberikan pendapatan dan makanan bagi keluarga.

 Masyarakat menggunakan hutan mangrove sebagai bahan bangunan, termasuk kayu bakar, tiang dan perabotan.

Nelayan memanfaatkan hasil mangrove untuk berlabuh, keseimbangan perahu dan cat fishing.

Pohon bakau dijual untuk produksi pulp serta arang, serpihan kayu dan produksi kayu bakar.

            Salah satu kasus mengenai kerusakan hutan mangrove yang di sebabkan oleh perubahan alih fungsi lahan menjadi kegiatan tambak oleh masyarakat setempat. Seperti kegiatan tambak di daerah Kalimantan Utara yang telah mengubah fungsi ekologi hutan mangrove tersebut. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara mencatat bahwa pada tahun 2020, sekitar 41% mangrove di wilayah Kalimantan akan rusak parah akibat konversi menjadi tambak.

            Permasalahan konversi mangrove menjadi tambak di Kalimantan Utara semakin meningkat setiap tahunnya.Hutan mangrove yang berubah menjadi tambak saat Kalimantan Utara dipisahkan dari Kalimantan Timur tercatat seluas 41.563,23 hektare. Pada tahun 2020, jumlah ini akan meningkat menjadi 56.359,59 hektar.

            Banyak masyarakat yang masih menggunakan tambak tradisional dan bergantung pada pasang surut air laut untuk mengelola tambak mereka.Jumlah makanan dan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas tambak mempengaruhi hidrologi mangrove.Nutrisi dari ekosistem hilang dan kolam terpengaruhi.

            Tambak bukan satu-satunya ancaman yang dihadapi hutan bakau di Indonesia. Namun setelah aktivitas kegiatan tambak oleh masyarakat, ancaman terbesar selanjutnya adalah perkebunan kelapa sawit. Dalam 11 tahun, luas areal yang di konversi dari hutan mangrove menjadi monokultur meningkat dari 373,32 hektar pada 2009 menjadi 6.093,36 hektar pada 2020. Imran mengatakan, "perkebunan kelapa sawit memiliki potensi yang luar biasa untuk penghijauan hutan mangrove".Contoh terbarunya seperti di Sumatera pada tahun 2018 ketika 400 hektar kelapa sawit menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Padahal mangrove berada di kawasan hutan produksi.

            Mangrove atau hutan bakau sangat penting bagi kelestarian lingkungan terutama di pesisir pantai. Tanpa hutan mangrove, abrasi mudah terjadi dan tanah di sekitar pantai tergerus. Jika hal ini terjadi, ombak dapat merusak rumah, yang berbahaya bagi penghuni atau rumah di sekitar pantai. Konservasi mangrove biasanya dilakukan oleh pemerintah Kementerian Kehutanan, Kelautan dan Perikanan serta pemerintah daerah. Tindakan protektif dan penyelamatan diperlukan untuk mencegah kerusakan mangrove.Tidak hanya pemerintah, tetapi juga warga dan masyarakat Indonesia harus dilibatkan dalam upaya pelestarian hutan mangrove. Tindakan penyelamatan yang mungkin dilakukan meliputi: 

Mengadakan bibit bakau

Menanam benih adalah cara terbaik untuk menyelamatkan hutan mangrove.Hal ini dikarenakan benih yang ditanam di hutan mangrove baik dipanen langsung dari alam maupun bergantung pada pohon induk mangrove. Saat ini belum ada yang menanam bibit mangrove. Pemanenan dan penanaman benih ini sangat bermanfaat bagi konservasi hutan bakau, karena ketergantungan yang terus menerus pada benih alam akan membuat benih ini langka.

Mempersiapkan keunggulan bibit

Bibit merupakan salah satu tugas terpenting dalam perlindungan mangrove. Karena tanpa benih, konservasi mangrove tidak bisa bertahan lama. Kesehatan biji-bijian juga harus diperhatikan dengan baik. Tidak semua benih berkualitas baik, sehingga hanya benih berkualitas baik yang harus ditanam. Anda bisa melihat betapa bagusnya bibit mangrove di batang, cabang, daun dan akarnya. Benih yang sehat juga bebas dari cacat dan tidak terkena hama tanaman.

Reboisasi

Setelah benih di seleksi dan diuji, hutan mangrove yang rusak dapat ditanam kembali atau ditanam kembali. Karena masyarakat akan mendapat manfaat dari restorasi hutan mangrove, maka masyarakat juga harus dilibatkan dalam upaya reboisasi tersebut.

Pengaturan tata ruang

Cara penyelamatan hutan mangrove selanjutnya adalah dengan membangun kembali atau membangun kembali garis pantai, kawasan pemukiman, dan vegetasi. Hutan mangrove dapat digunakan untuk wisata pantai jika perencanaan ruang dapat dilakukan nantinya. Salah satu kegiatan yang dapat dicapai melalui ekowisata adalah penanaman mangrove di tepi pantai. Semakin banyak turis yang datang semakin banyak bakau yang bisa di tanam. Contohnya adalah mangrove Kulon Progo Yogyakarta. Penghijauan oleh masyarakat lokal dan pemerintah daerah berkontribusi pada kemakmuran hutan mangrove. Berkat keindahan wisata tersebut, kini hutan mangrove dijadikan sebagai ekowisata Kulon Progo dengan potensi yang besar.

Penulis:

Hania Titami  (1910423004) dan Taufik Hidayattuloh (1910421034)

Penulis merupakan mahasiswa Strata-1 , Jurusan Biologi, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun