Wikileaks, Pada Juli 2010, situs ini mengundang kontroversi karena pembocoran dokumen Perang Afganistan. Selanjutnya, pada Oktober 2010, hampir 400.000 dokumen Perang Irak dibocorkan oleh situs ini.Pada November 2010, WikiLeaks mulai merilis pembocoran kawat diplomatik Amerika Serikat. Dan lebih dari 247 data, fakta dan dokumen dari Kedutaan Besar AS disejumlah negara. wikileaks membongkar habis keburukan AS, kejahatan perangnya di Afganistan dan Irak. Menurut beberapa analis peristiwa ini merupakan kebocoran data intelejen paling besar yang pernah terjadi. Keburukan AS ditelanjangi habis-habisan dari laporan-laporan yang seharusnya menurut kepentingan Amerika tidak boleh diketahui oleh publik. Tidak hanya AS, seluruh dunia dikejutkan dengan laporan-laporan dan data yang dipublikasikan.
Jurnalisme investigatif dan menggoyang kekuasaan korup inilah esensi sebenarnya dari pers. Pers harus menjadi sebuah motor gerakan untuk demokrasi yang sebenarnya.
Menyoroti wikileaks kita dapat belajar beberapa hal:
Pertama, wikileaks hadir disaat pers masa kini sedang menundukan diri pada kekuasaan politik. Wikileaks sebagai anak rohani dari kebebasan itu telah membuat sang inang dalam hal ini Amerika Serikat yang disatu sisi menggaungkan kesamaan dan dilain sisi melakukan penindasan telah di hajar habis. Inilah cita-cita kebebasan yang sesungguhnya, kebebasan yang tidak mementingkan lagi kewarganegaraan suatu bangsa, tapi kebebasan sebagai suatu bagian dari dunia. Wikileaks telah memulainya dengan membuka aib Amerika tehadap orang-orang timur tengah. Melalui semua tindakannya wikileaks mengajarkan kita tentang pers yang brutal dan menentang setiap ketidak adilan.
Kedua, Wkileaks tidak lagi berorientasi kepada media cetak, mereka memanfaatkan internet sebagai sebuah jaringan besar global. Pers masakini –terlebih yang berjuang untuk idealisme dan pergerakan harus menjadikan internet sebagai medianya. Menurut Eric Schmidt, nantinya internet akan tersemat di seluruh lini kehidupan manusia. Internet adalah media efektif yang sangat murah untuk pergerakan.
Pers Mahasiswa
Saat dunia jurnalistik telah ternoda soal “perselingkuhannya” dengan bisnis dan politik. Saat ini harapan kita hanya bisa bertumpu pada pers mahasiswa, pers mahasiswa yang pemikirannya masih murni dan jauh dari kepentingan apapun seharusnya bisa membangun sebuah opini publik melalui tulisan, ulasan yang mendalam terhadap suatu peristiwa dengan objektif dengan internet sebagai media paling ampuh masa kini.
Akhirnya, dimasa 70 tahun kemerdekaan Indonesia ini, perlulah pers mahasiswa untuk ikut serta menjadi instrumen perubahan sosial seperti yang dicontohkan R.M Tirtho Adhi Soerjo. Pers yang merdeka dan bebas dari kepentingan apapun. Sebuah alat melawan kekuasaan yang korup.
Rumusan melawan kekuasaan: Konsep Pembentukan Kader yang Militan
[Tidak bijak rasanya untuk memposting sebuah konsep itu dalam tulisan ini] konsep itu akan saya kemukakan dalam diskusi PJTD LPM SUKMA 2015.
Semoga refleksi 70 tahun Kemerdekaan yang singkat ini bisa menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pers yang merdeka dari kepentingan apapun untuk menyampaikan kita pada cita-cita kemerdekaan sejati: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.