Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Petani: Pahlawan yang Tidak Dianggap

2 Agustus 2022   07:01 Diperbarui: 2 Agustus 2022   07:06 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau mungkin berpotensi menghalangi penguasaan pasar yang telah terstruktur, sehingga jalan-jalan strategis keuntungan jangan sampai dikuasai oleh khalayak, kecuali oknum-oknum tertentu saja. 

Kalau kita berupaya membeli dan memanfaatkan lahan, bisa juga kita dilabeli kapitalis. Belum lagi kepemilikan lahan yang luas bisa dikata feodalis. Dan semua itu hanyalah label atau simbol yang sesungguhnya bukan untuk pertengkaran, namun hanya pengenalan. 

Manusia itu terkadang unik, hanya untuk mencukupi kebutuhan dasar hidup mereka rela melakukan protes turun ke jalan jika harga sedikit dinaikkan. 

Akan tetapi, jika untuk menuruti keinginan, mereka rela mengeluarkan biaya berapapun demi yang namanya gengsi atau harga diri. Ini baru konteks kebutuhan pangan, belum lagi terkait listrik, BBM, pulsa, dsb. 

Pemerintah sering mengeluarkan subsidi, tapi bukankah itu hal yang lumrah jika itupun diambil gratis dari alam yang gemah ripah loh jinawi? Kalau kata band legendaris Koes Plus "tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman".

Tentu ini tidak hanya disadari oleh para pamong pemangku kebijakan, melainkan harus menjadi kesadaran bersama. Kita tidak bisa memasrahkan keadaan ini hanya kepada satu atau dua pihak, tapi harus ada budaya sinergi dalam kebersamaan untuk menjaga amanah anfauhum linnas. 

Jangan sampai kebermanfaatan itu digunakan dengan syarat asalkan mendapatkan untung yang lebih banyak, pun dengan ongkos baik tenaga ataupun materi yang seminim-minimnya. Bukankan kita semua cerdas karena mau berbagi, bukan ngakali? 

Pahlawan itu bukan tokoh-tokoh nasional yang bercita-cita memajukan bangsa, melainkan mereka yang menyokong kehidupan berjuta-juta manusia dengan tenaga dan keringatnya. 

Pahlawan bukanlah mereka yang tanpa jasa pun ikut berupaya mencerdaskan kehidupan berbangsa, akan tetapi mereka yang tidak pernah memperdulikan hasil keringatnya namun terus berkontribusi bagi kebutuhan pangan dan keberlangsungan hidup umat manusia. Pahlawa itu mereka yang kebaikannya selalu diabaikan, dan keikhlasannya selalu dimanfaatkan.

Untung saja mereka tidak pernah mogok bekerja. Untung saja keluh kesah mereka selalu mampu teredam oleh hajat-hajat budaya yang masih terawat di pedesaan yang mampu menghibur diri. Terimakasih para pahlawan, Terimakasih atas jasa-jasa kalian, para bapak/ibu petani!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun