Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangis Penyucian

2 November 2021   16:16 Diperbarui: 2 November 2021   16:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cinta yang ketika engkau berada di dalamnya akan menemukan tempat bersandar dan kebahagiaan, yang tak akan terkoyak oleh belati sang waktu.

Ketika engkau terbangun, biarkan saja tangisan itu tetap membekas. Biarkan luka itu menganga dan mengakibatkan luka di hati. Sebab, keadaan itu mungkin bisa menjadi salah satu cara membuka hijab-hijab yang selama ini menutupi hati. Atau biarkan lubang itu menjadi jalan bagi rahmat untuk masuk dan memberikan ketenangan di hatimu. Tidak ada penawar yang lebih ampuh kecuali engkau menemukannya sendiri di dalam hati.

Apabila engkau mencari penawar ataupun penghibur di luar diri, layaknya wangi bunga mawar yag kau kira menjadi bagianmu, maka usaha itu akan terasa melelahkan bahkan mungkin merendahkan dirimu. Jadikanlah semesta adalah bagian darimu, bukan sebaliknya. 

Apakah engkau pernah melihatku terluka ataupun lelah? Sementara yang aku lakukan hanya duduk dengan sabar dan diam di tempatku.

Dan jika merasakan rindu ini termasuk bagian dari meminta sebagian darimu. Disaat engkau tertawa atau menangis, saat bahagia ataupun duka, adakah yang aku tunggu selain melihat senyum semesta itu? Sekalipun ini sebatas mimpi, atau ketika aku sadar kelak masih mendapati rasa ketenangan darimu, bolehkah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun