Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sesal Kerinduan yang Melantang

27 Oktober 2021   16:44 Diperbarui: 27 Oktober 2021   16:46 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/eduard-militaru

Bisa jadi keadaan itu akan membuat kita terbebas, akan tetapi ketika hati tetap setia melayani rindu, maka akan selalu terbesit harapan ataupun penghargaan sebab diri ini terdiri atas kulit dan juga isi. Oleh karena itu pula, tujuan tidak akan tercapai tanpa kerja yang mempengaruhinya.

Bagaimana mungkin diri ini berpaling? Jika wajahmu selalu teringat jelas sekalipun dalam angan. Bagaimana mungkin diri ini meminta imbalan? Jika mencintamu saja sudah begitu banyak memberi kenikmatan untuk terus mengingatnya hingga rela mengorbankan diri. Tinggal waktu yang akan menjelaskan tentang kapan segala tanya akan terjawab. Dan segala yang tersembunyi akan lekas terungkap.

Akankah engkau sendiri rela untuk hidup dalam kurungan? Kurungan yang kita sangka sebagai kehidupan. Yang berlimpah cahaya rahmat, tapi kita tetaplah selalu dibuat tersesat. 

Kita hanya sebongkah bejat yang selalu membangkang untuk menjadi tawanan kerinduan. Yang akhirnya akan tetap menghilang, diiringi sesal yang melantang.

Kasih, bolehkah aku merajuk kepadamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun