Oleh karena itu berhati-hatilah, Kasih. Sebab apa yang engkau anggap bijak dan mulia itu saat ini berceceran di mana saja dan dapat dengan mudah engkau temukan. Engkau terpaku dengan hasil yang menawan dan memukau mata gelisahmu.Â
Engkau ingin segera berlari menujunya, akan tetapi mengapa engkau sekalipun enggan mendengar bisikan  yang tersembunyi? Apakah waktu sedang memburumu sehingga engkau tak sanggup menahan diri?
Tanyakan kepada hati, apakah yang mungkin diyakini bisa berubah menjadi pasti? Karena mungkin saja hujan enggan datang. Mungkin saja, yang kering dan yang layu justru semakin membusuk.Harapan mungkin saja akan tertelan ketakutan.Â
Jika seperti itu, akankah engkau akan bertahan? Dan terus berupaya untuk terus mencari ketidakpastian.
Hati kita selalu memberi jawab, akan fatwa yang seringkali kita ingkari. Sediakah kita taat atau setidaknya mulai sedikit mendengarkan. Nantinya, mungkin saja kita tidak akan tersesat meski kedua mata tertutup.Â
Karena itu akan menjadi penuntun, dan apabila kita mengikutinya dalam kebaikan, dengan niat sekecil apapun, niscaya Dia akan memberikan balasannya.
Mungkin saja kita mengetahui dan mampu mengambil pelajaran dari setiap jengkal perjalanan yang telah dilalui. Meskipun begitu, jangan lepaskan dekapannya walau hanya sekejap, sebab engkau tak akan pernah mampu memahaminya. Kecuali terus berada di dekatNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H