Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sinau Bareng: Ikhtiar dalam Mencari Rizki

7 Mei 2021   03:59 Diperbarui: 7 Mei 2021   04:02 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Dalam situasi pandemi, suasana sinau bareng mungkin tidak seperti pada umumnya yang selalu diadakan di tempat yang umunya luas dan terbuka. Namun justru karena pandemi, kita akhirnya diadakan dengan adaptasi suasana sinau bareng yang baru. Dan setidaknya, kita jadi bisa lebih meniti diri, apakah kita tetap sinau bareng meskipun dengan suasana yang baru?

Beruntung, ada orang-orang yang selalu menjaga taraf kerinduannya masing-masing sehingga sedikit demi sedikit saling diperjumpakan kembali dalam sinau bareng. Meskipun harus mengikuti aturan protokol kesehatan yang ketat, nyatanya hal tersebut tidak menghalangi para pejalan dan pencari ilmu untuk kembali berjuang bersama menciptakan keindahan malam.

Bapak-bapak berjaket hijau sudah nampak memenuhi halaman Rumah Maiyah, tempat diadakannya acara pada malam hari itu. Ya, sinau bareng kali ini akan dibersamai oleh dulur-dulur dari Grab. Acara ini juga ditayangkan secara langsung melalui canal youtube "caknun.com" dan "Sahabat Grab", dengan mengusung tema "Ikhtiar Bareng Grab" yang nantinya akan banyak diwedar oleh Mbah Nun.

"Saya diem-diem kalau di jalan melihat orang memakai seragam ijo, yang sedang bekerja keras pasti saya memiliki simpati khusus." ungkap Mbah Nun mengawali acara sinau bareng bersama Grab. Kemudian Mbah Nun menjelaskan mengenai pembagian jenis rizki yang menurut beliau terbagi menjadi 3, yakni rizki yang datang tergantung sistem kapital diri atau segala transaksi upaya yang dilakukan, rizki yang datang tergantung hubungan vertikal dengan Tuhan, semisal karena perbuatan baik, dll. Dan yang terakhir rizki yang langsung dikasih oleh Tuhan layaknya Bunda Maria. Yang mana segala wujud rizki itu tak hanya berwujud mainstream layaknya materi, akan tetapi bsa berupa apa saja.

Kemudian Mbah Nun memeparkan rasa simpati yang terjadi karena terharu dalam segala upaya yang telah dilakukan para mitra Grab dalam menyambut min haitsu la yahtasib. Tak lupa Mbah Nun juga mendoakan dan berharap akan keajaiban selalu menaungi kita semua yang bekerja keras.

Allah Swt. pun bekerja tiap hari dengan luar biasa, dengan bantuan para pekerja-pekerjaNya yang abstrak dan ghaib. Setidaknya pada malam hari ini, kita diajak untuk napak tilas memahami rizki. Pertama-tama kita diajak untuk menyadari bahwa Allah Swt. Maha Pemaaf, sebab ketika disuruh menghitung kesalahan sendiri kita tidak akan pernah bisa. Andai kesalahan-kesalahan itu tak termaafkan, apakah rizki akan tetap diguyurkan?

Mbah Nun lantas menjelaskan bahwa orang hidup itu kalau di Al-Qur'an harus berupaya memahami dan mengakui kalau yang diketahui tentang ghaib hanya sedikit. Ghaib itu sendiri merupakan apapun yang akal dan ilmu kita tidak bisa menjangkaunya. "Dan hidup kita ini dikepung oleh ghaib." tegas Mbah Nun. Dan yang pasti, selalu upayakan bahwa segala laku diri kita jangan sampai mengakibatkan hal yang membuat Allah Swt tersakiti.

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata." (11:6)

Mentadabburi ayat di atas, Mbah Nun memaparkan bahwa Allah Swt Maha Bertanggungjawab kepada semua makhlukNya. Akan tetapi, semua itu terlaksana ata keawjiban atau kemurahanNya? "Ketika Allah sudah menjamin kok kamu masih nggresulo?" tanya Mbah Nun kepada segenap jamaah yang hadir. Yang penting jangan pernah berhenti untuk melakukan amal saleh, yaitu melakukan segalanya penuh kerja keras dan ketulusan. Amal saleh sendiri bukan hanya sekedar shodaqoh, dan perlu kita ketahui bersama pula bahwa salah atau tidak perbuatan kita, bukan kita atau bahkan orang lain yang bisa menilainya.

Meningkatkan Kesadaran "Mili atau Mengalir" dalam Hidup

Banyak subjek-subjek makna yang telah banyak didapat pada malam hari itu. Setidaknya di Rumah Maiyah pada malam hari itu ada sekumpulan para tholabul 'ilmi yang sedang belajar bersama. Ada kesadaran Rizki dan ada pula kesadaran akan sesuatu yang ghaib. Semua berada pada wilayahnya masing-masing, serta diciptakan berbeda-beda dengan tujuan lita'arafu/srawung/saling mengenal. Malam ini kita diajak oleh Mbah Nun untuk meramu semua itu menjadi satu kesatuan. "Semuanya itu nyawiji, tauhid. Yo urip kui kudi nyawiji." papar Mbah Nun.

Rizki itu datang supaya ikhtiar kita bertambah kuat. Tidak pernah Allah Swt berhenti memberikan rizki. Bahkan kita mesti bersyukur sebagai orang jawa memiliki tatanan kebudayaan yang sangat tinggi dalam memaknai rizki. Berapapun rizkii yang diterima orang jawa memiliki keluwesan mental yang luar biasa. Misalnya, malam itu dengan mengajak seluruh yang hadir untuk mapping kebutuhan hidup, dengan menyebut nominal angka yang terus menurun ketika masih dirasa" cukup". Lalu, ketika mendapati angka pendapatan guru honorer, keluwesan mental orang jawa itu mewujud dengan jawaban "ya dicukup-cukupke" disambut geliat tawa hadirin yang semakin menambah suasana kehangatan malam itu.

Satu nomor lagu "Rindu Wajahmu" oleh Kiai Kanjeng dibawakan untuk mengobati kerinduan akan sinau bareng seperti sebagaimana keadaan normal. Nada-nada yang menyiratkan makna mendalam menjadi obat pengingat tersendiri ketika menghadiri sinau bareng seperti ini. Sebuah kenikmatan yang jarang sekali didapat dalam suasana pembelajaran-pembelajaran yang lain.

Selain dengan mitra Grab dan jamaah maiyah, kegiatan sinau bareng malam hari itu juga dihadiri oleh salah seorang petugas kepolisian yang juga membersamai bersama Mbah Nun di atas panggung. Rasa aman pun semakin bertambah tatkala dibersamai oleh salah satu wakil petugas keamanan di atas panggung. Walaupun, di luar maiyah, para petugas Satpol PP juga bersiaga untuk menjaga situasi agar tetap kondisi dan terkontrol, mengingat kita semua masih berada dalam situasi pandemi.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, baik secara langsung ataupun secara online. Namun sebelum sesi tersebut, Mbah Nun mencoba memberikan saran terhadap para mitra Grab yang hadir untuk membuat tim syukur, maksudnya membuat peradaban-peradaban ngaji seperti ini di lingkungannya sendiri. Kelemahan kita sebagai orang jawa di zaman sekarang adalah sedikit sekali orang yang meneruskan kebudayaannya sendiri. Padahal dengan kebersamaan seperti ini, Mbah Nun menegaskan bahwa situasi seperti ini membuat kita lebih taqwa dan waspada. Syukur karena telah banyak waspada, lantas kedepannya kita diberikan solusi. DIberikan makhrajan atau jalan keluar. Tinggal diri kita sanggup sabar dan tawakkal atau tidak. Karena Allah sendiri akan berlaku berdasarkan prasangka kita.

Kita juga diajak untuk menemukan karakter syukur pada diri oleh Mbah Nun dengan memproyeksikan karakter 4 pemimpin ummat Islam setelah Kanjeng Nabi. Mbah Nun menjabarkan Abu Bakar ra. yang mendapati rasa syukur cenderung dengan banyak menghayati terlebih dahulu budaya dan dialektika manusia. Umar ra. melalui peristiwa-peristiwa yang radikal. Kemudian Utsman ra. dengan banyak menimbang-nimbang suatu perkara. Dan Ali ra. yang menurut Mbah Nun merupakan tipikal manusia yang tidak perlu melalui proses apa-apa untuk mendapati rasa syukur, bahkan tidak bisa melihat apapun sebelum ada rasa syukur.

Tapi juga menjadi sebuah pengingat seperti yang telah nglothok di grup Kiai Kanjeng, bahwa bisa jadi sesuatu yang kita anggap baik, bisa jadi itu buruk di hadapan Allah, pun sebaliknya. Kalau pun berkenan, Mbah Nun mengajak seluruh hadirin untuk menata hidup dengan kesadaran mili atau mengalir, maka akan lebih enak. Karena setiap yang kita alami pasti tetap mengarah kepada dua kemungkinan. Mengalir disini ditekakan oleh Mbah Nun bahwa kita jangan berhenti untuk terus-menerus berpikir dan mencari.

Allah Swt itu Maha Pekerja, sedang diri kita ini hanya bagian dari kehendak Allah Swt. "Kita lemah, kita sangat lemah." tegas Mbah Nun menyadarkan ketidakberdayaan kita sebagai manusia. Namun dengan kebersamaan seperti ini, "karena ada anda saya gembira, dan dengan kegembiraan itu semoga semuanya menjadi keberkahan bagi kita semua." papar Mbah Nun.

Selalu Berusaha Mendekatkan Diri kepada Allah

Selingan lagu "Bismillah" menjadi jembatan tema pembelajaran berikutnya. Kita diajak untuk belajar eskalasi mengenai 4 sifat Kanjeng Nabi, yakni shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Shiddiq yang biasa dimaknai sebagai sifat kejujuran, namun kali ini kita diajak untuk memaknainya sebagai sifat kesungguhan. Dengan bersungguh-sungguh, maka kita akan perlahan mulai mendapati amanah atau jujur dan tulus dalam melakukan segala amal. Setelahnya, kita akan mendapati tabligh atau mampu menyampaikan segala sesuatu. Kemudian, setelah ketiga sifat itu didapat, baru kita mendapati sifat fathonah, yakni kecerdasan atau ketajaman dalam berpikir.

Orang-orang Grab sendiri menurut Mbah Nun kurang merupakan orang-orang yang sedang bertarekat. Dengan bermodalkan bismillah, pokoke metu walaupun ra mesti hasile. Karena dengan meyakini pekerjaan ini sebagai tarekat, kita diajak untuk memperbesar peluang untuk dekat dengan Tuhan.

Yang bisa kita lakukan menurut Mbah Nun hanya berupaya untuk selalu nyedak-nyedak Gusti Allah. Terkait kabul atau tidaknya doa kita itu bukan karena kalimat doa yang kita ucapkan, akan tetapi apakah kita itu sebagai hamba-Nya disukai oleh Allah? Maka, Mbah Nun mengajak untuk selalu menyebutNya dan melakukan apa yang Dia sukai, salah satunya dengan memperbanyak sholawat. "Kamu tidak akan diadzab selama Kanjeng Nabi ada di hatimu." tutur Mbah Nun. Masalah rizki jangan kita yang menghitung. "Suwung aja kamu, semeleh, kita bukan dalam keadaan sedang bertransaksi kepada Allah." lanjut beliau.

***

Rumah Maiyah, 28 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun