Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sinau "Dolan" dengan Qalbu

5 April 2021   16:44 Diperbarui: 5 April 2021   17:08 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat poster akan ada sinau bareng secara virtual via youtube, langsung tekan tombol notifikasi. Hal ini membutuhkan kebiasaan baru dengan kebiasaan lama. Kalau kebiasaan lama harus siap dengan konsekuensi jarak tempuh, sekarang konsekuensi hanya kuota. Dibutuhkan adaptasi baru, terlebih dengan suasana yang sangat jelas berbeda antara datang secara langsung dan secara virtual. Tapi, saya rasa hal ini bukan menjadi hal memberatkan, terlebih sudah menjadi keahlian setiap manusia dalam hal adaptasi.

Permasalahannya hanya masih adakah keinginan untuk terus belajar? Meskipun sifatnya repetitif, tapi di situlah justru kebutuhan yang akan didapat. Suatu hal yang repetitif bisa menjadi suatu daya meditatif apabila kita sanggup mengontrol diri. Terlebih apabila yang dihadapinya adalah suatu proses mencari ilmu.

Lambat laun, kita akan mengalami betapa bahagianya masih diperkenankan untuk memiliki ghirrah sinau bareng. Masih diperjalankan dan dipertemukan baik langsung ataupun tidak langsung kepada beliau-beliau yang senantiasa tak kenal lelah untuk membimbing dan mencurahkan ilmunya. Sekalipun dengan keadaan yang serba terbatas. Namun, bukankah dengan semakin banyaknya kita mengenal batas, kita mampu lebih banyak mengambil celah kemerdekaan?

Seperti pada pembuka sinau bareng pada malam itu, Mbah Nun berujar, "hanya ada satu jalan-Nya Allah." Ihdinash-shiratal mustaqim. Baik jalan menuju neraka ataupun surga, itu semua tetap merupakan jalan yang disediakan oleh para hamba-Nya. Hanya saja kita sering terjebak untuk cenderung memilih sesuatu yang aman dan nyaman bagi diri, sehingga sering meniadakan bahkan menghilangkan sesuatu yang berlawanan.

Kegiatan malam ini cukup spesial karena acara sinau bareng di Kadipiro ini merupakan event pertama perusahaan Rokok Sukun sejak masa pandemi tahun lalu. Sukun termasuk salah satu perusahaan yang ampu bertahan di masa pandemi."Keuangan cukup bagus dan tidak ada satu pun karyawan yang di PHK dengan alasan pandemi." tutur salah satu direksi.

Sukun selalu mengangkat tema besar dengan terus selalu mengambil judul "Gondelan Klambine Kanjeng Nabi". Utamanya, dengan tema yang masih dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj ini, harapannya kita kembali meneladani sikap dan perilaku Rasulullah Saw dalam segala hal. Dari Perusahaan Sukun sendiri juga meminta nasihat agar perusahaan bisa bertahan terus. Perusahaan sendiri menyadari selama pandemi kemarin bukan berarti tidak mengalami kesulitan sama sekali, tapi bersyukur bisa melewatinya tentu atas izin-Nya.

Menanggapi pernyataan di atas, Mas Sabrang mengatakan bahwa orang kumpul selalu memiliki tujuan. Perusahaan dibuat untuk mencari laba. Tapi ada perubahan fundamental sering berjalannya waktu antara kapitalisme dengan pemegang saham. Salah satunya, Perusahaan tidak hanya mencari laba, tapi juga mencari kemashlahatan bersama.

Mbah Nun kemudian menambahkan kalau orang mungkin tidak mengerti perbedaan antara penghidupan dan rizki. Padahal ada subjek yang lain selain diri dan rizki itu yang terlibat tidak hanya produsen dan konsumen. Kalau di awal ada pertanyaan terkait solusi, Mbah Nun hanya mengajak semua yang hadir untuk memetakan bersama. Karena menurut beliau kunci atau solusi satu-satunya hanyalah taqwa. Sebab subjek tunggal dari pemberi solusi bukanlah manusia, tapi Allah Swt.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Taqwa Merupakan Jalan Keluar dari Berbagai Masalah

Satu-dua nomer lagu dari pakdhe-pakdhe Kiai Kanjeng yang menjadi selingan menjadi obat kerinduan sendiri tehadap suasana khas sinau bareng. Meskipun sudah banyak lagu itu terdengar sehari-hari karena memiliki format mp3-nya, akan tetapi dengan suara live virtual ini terdapat satu kesambungan tersendiri. Terutama saat mendengarkan alunan musik Kiai Kanjeng sembari memejamkan mata. Seolah-olah sedang berada di tengah lapangan dengan keriuhan yang sama seperti biasanya saat sinau bareng di masa sebelum pandemi.

Kembali ke sinau bareng, menanggapi apa yang disampaikan Mbah Nun sedikit membukaan pemaknaan yang sering dianggap kurang tepat pada umumnya. Selama ini, kita sering mendengar stigma kewajiban seorang laki-laki kelak adalah mencari nafkah atau mencari pendapatan yang seharusnya diperjuangkan. Namun menurut Mbah Nun, nafkah itu bukanlah pendapatan, tapi sesuatu yang kelak dibelanjakan. Sedang yang harus selalu diupayakan itu mencari rizki dan itu bentuknya bisa dalam berbagai hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun