Di suatu malam, Gus Welly dan Rohmat memiliki rencana akan pergi ke rumah Bewol. Sebelum berangkat, mereka berdua mampir ke toko jualan martabak telor yang searah dengan jalan menuju rumah Bewol. Tak menunggu lama setelah martabak terbungkus rapi dengan ektra acar yang disukai olehnya, mereka pun langsung bergegas melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di rumah Bewol, seperti biasa mereka duduk-duduk di teras rumah sembari menikmati gemerlap bintang gemintang karena kebetulan langit malam itu sangat cerah. Bewol keluar sembari membawakan dua gelas kopi hitam kesukaan mereka. Gus Welly punya selera kopi tanpa gula, sedangkan Rohmat menyukai kopi arabika dengan tambahan gula yang mondo-mondo. Martabak yang dibawa pun segera dibuka bungkusnya dengan harap bisa dinikmati bersama.
"Kalian tunggu dulu ya, masih ada yang harus aku selesaikan. Sebentar." kata Bewol sembari menampakkan senyum lugunya.
"Lhah, ini lho sudah dibawakan martabak. Mbok ya dimakan dulu bareng-bareng." ajak Rohmat.
"Iya Wol, keburu dingin kalau masih harus nunggu kamu." timpal Gus Welly.
"Maaf, untuk kali ini saja tak ijin sebentar." kata Bewol sembari lari masuk ke dalam dengan keadaan pintu yang masih terbuka.
Mau bagaimana lagi, Gus Welly dan Rohmat pun terpaksa menunggu Bewol menyelesaikan sesuatu yang harus diselesaikan. Menit dan menit dihabiskan dengan bermain dengan gadget-nya masing-masing. Tak terasa waktu sudah berlalu hampir setengah jam dan Bewol belum keluar. Martabak sudah terlanjur mendingin. Karena penasaran dan sedikit terpancing rasa ingin tahu, Rohmat pun memutuskan untuk melihat apa yang dlakukan kawannya. Kebetulan pintu rumahnya juga masih terbuka.
Rohmat pun masuk diam-diam dengan langkah jinjitnya, mencoba ngintip apa yang membuat Bewol sampai lupa kalau ada teman yang sedang menunggu. Kembalinya dari dalam rumah, Gus Welly pun segera menanyakan aktivitas yang sedang dilakukan Bewol. Dengan muka masam dan cengar-cengirnya, Rohmat menjawab, "Entah sedang menulis apa si Bewol. Kelihatannya serius karena suara ketikannya keyboard-nya bertempo tinggi. Tapi bisa juga tidak serius, kalau melihat mimik mukanya, dia nampak sedang bahagia dengan senyumnya."
"Ya sudah, mungkin dia sedang mentransliterasikan apa yang ada dalam angannya waktu itu." tegas Gus Welly.
"Oiya, yang kita malah berdebat mau mengganggunya itu ya?" jawab Rohmat.
"Iya, makanya sekarang kita biarkan saja."