Banyak cerita yang telah aku dengar ketika engkau telah tumbuh dewasa. Banyak perubahan yang telah terjadi selama aku tidak bisa setiap hari menatapmu.Â
Sekian lama aku telah pergi, sehingga kecil kemungkinan engkau akan mengenalku dengan baik. Tapi, itu semua tidak menjadi alasan bagiku untuk berhenti mendoakanmu.
Keluarlah, lihatlah dunia ini begitu luas. Jangan kau bangun kecerdasanmu untuk membalas keadaan. Jangan sampai engkau dendam kepada keadaan yang sangat banyak memberikanmu pelajaran dan hikmah akan kesejatian hidup.
Tertawalah, jika itu membuatmu lepas dari segala faktor yang memenjarakanmu. Di luar sana masih banyak yang butuh hiburan yang mungkin saja bisa kamu tularkan dengan riang tawamu.Â
Semisal sedih itu sesekali datang, jangan lantas engkau buang. Berilah ia ruang, karena engkau akan merasakan kebahagiaanmu semakin bertambah setelah kau berikan kesedihan itu ruang.
Berdirilah semakin tegak asal jangan lupa bahwa kaki tetap harus menapak tanah sebagai penopang agar dirimu tidak mudah jatuh atau terombang-ambing oleh keadaan yang pasti akan kau temui di kemudian hari.
Bisa saja saat ini engkau sedang menunjukkan kecerdasanmu, karena hanya itu yang bisa engkau banggakan. Tapi ingat, dunia ini lebih luas, kelak engkau akan menemukan kenyataan bahwa dirimu ternyata hanyalah sandera atas segala keinginan dan tuntutan.Â
Ingatlah, bahwa kepintaranmu juga tak akan berpengaruh banyak apabila tidak diimbangi dengan mentalitas dan spiritualitas yang mumpuni.
Meskipun kali ini saja aku banyak melihatmu terasing, esok aku engkau akan merasakan dunia yang lebih asing lagi semakin beranjak dewasanya usia.Â
Segala mata yang tertuju kepadamu seolah-olah adalah teriakan keras atas tidak nyamannya mereka dengan hadirnya dirimu di lingkungan mereka.Â
Namun, bertahanlah dan terus berbuat baik. Justru ketika itu nantinya terjadi, jadikan itu sebuah latihan untuk menaikkan level dalam menahan diri. Dan jangan sampai tatapan mereka mempengaruhimu, apalgi dirimu terpancing untuk membalasnya.
Jadilah lebih kuat dan tegar seperti nama yang telah disematkan kepadamu. Jadilah seorang yang tahan dari segala hasrat meski ia terus memberikan godaan tepat di hadapapanmu, jadilah Yusuf berparas tampan nan berhati mulia.Â
Dan jadilah perkasa secara keseluruhan meski dengan kendaraan raga yang biasa-biasa saja. Jadilah kuat seperti Wibisono, kakak dari seseorang yang memiliki 10 muka.
Aku terlalu jauh untuk bisa menemani langkahmu, namun doaku selalu menari-neri di kisaranmu. Percayalah pada setiap keputusan yang nantinya akan engkau ambil.Â
Jangan takut akan kesalahan. Itu wajar, karena manusia sudah sepantasnya menjadi tempat salah dan lupa. Namun, sebagai orang bijak, belajarlah selalu dari pengalaman dan manfaatkanlah buah hikmahnya. Bagaimanapun dirimu, aku akan selalu berdiri di belakangmu dan mendukungmu.
Terbanglah tinggi semaksimal mungkin. Buat ibumu tersenyum bahagia atas segala yang menjadi polah dan lakumu. Kalau bukan anaknya, siapa lagi yang akan bisa membuktikan kebeharsilannya mendidik kami sebagai seorang ibu?Â
Ingat, ibumu melahirkanmu dengan segala kasih sayang dan penuh perjuangan serta pengorbanan ketika membesarkanmu. Dan dengan segala keluh dan peluhnya harus meninggalkanmu penuh dengan keterpaksaan.
Kamu tumbuh mungkin hanya dengan sedikit cinta. Tapi, jangan jadikan itu sebagai alasan kelak kau akan membalas keadaan itu. Â Ada yang selalu merawat dan memperhatikanmu tanpa sadar.Â
Ada yang terus menjaga dan memberikan perlindungan kepadamu tanpa awas. Tidak lain semua itu karena banyak yang menyayangimu.
Lantas, segera keluar dari sangkarmu! Aku tidak sabar menanti sapaanmu!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H