Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menawar Kehancuran Diri

4 November 2020   16:14 Diperbarui: 4 November 2020   16:15 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Sedikit tambahan; ketika saya mencoba menelisik "Quiz Ular" tersebut, tiba-tba sepintas muncul rangkaian angka yang lain, yaitu 2111. Saya mencoba kepo terhadap angka tersebut dengan formulasi yang sedikit berbeda. Jika Mbah Nun mengambil 20-20 sebagai tahun, saya mencoba sedikit improvisasi dengan angka 21-11 sebagai tanggal dan bulan.

Lalu, saya dipertemukan dengan ayat, "Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang dholim yang teIah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya)" (21:11). Ada ketersambungan yang saya garis bawahi, yakni kata dholim. Mungkin ini akan menjadi lebih luas jika diteruskan, akan tetapi saya hanya mencoba lebih ringkas dalam menyampaikan apa yang sudah menjadi tugas.

Jika kita lebih membaca ayat sebelum dan sesudahnya, itu akan menjadi lebih menarik. Keadaannya mungkin tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat ini menurut sepemahaman saya. Tak jarang orang mereka  yang kurang bisa meresapi nikmat dan menyangkanya sebagai suatu adzab, justru memilih untuk alternatif lain yang lebih mudah, misalnya dengan berpindah ke suatu tempat yang dirasa aman.

 Hingga sampai di ayat ke-14, dalam firman tersebut terdapat sebuah pernyataan, "Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dhoIim" (21:14). Lantas kebinasaan seperti apa yang akan kita alami? Bisakah kita menawarnya? Atau setidaknya masih adakah kesempatan untuk segera memperbaikinya? Setidaknya dengan mengambil kembali tongkat yang telah dilemparkan atau dengan membiasakan diri mengambil sikap mengapit tangan di bawah ketiak dengan harapan keadaan bisa kembali seperti semula.

***

Magelang, 3 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun