Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selasan's Dilemma

7 Oktober 2020   16:07 Diperbarui: 7 Oktober 2020   16:09 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omah Selasan, Dusun Pletukan (Dokpri)

Judul ini sengaja diambil dari judul film dokumenter yang sedang menjadi trending belakangan ini, dengan judul "The Social Dilemma". Singkatnya, film tersebut menceritakan sedikit data tentang pengaruh media sosial bagi kehidupan sosial sehari-hari, dari lingkup keluarga hingga negara. 

Artificial Intellegent yang dibangun secara tidak sadar telah mengubah pola, bahkan menuntun kita seolah mampu membaca apapun keinginan kita.

Uniknya, pakar-pakar pembangun sistem tersebut dan orang berpengaruh yang sudah berkecimpung lama di berbagai platform media sosial, justru menjadi narasumber di dalam film tersebut. 

Mereka menyadari bahaya atas sistem yang telah dibangun, tidak lagi sebagai individu, namun bagi kelangsungan sebuah peradaban. Manusia hanya dijadikan sebagai produk atau users, yang sering tidak disadari telah menjadi suatu dilema bahkan disanggah terlebih jika terkait dengan naluri eksistensi diri.

Lantas, bagaimana hal tesebut dapat memantik judul menjadi dilema Selasan? Selasan kali ini telah 2x pertemuan berurutan diadakan di Dusun Pletukan. Yang menjadi basecamp Omah Selasan, yang meninggalkan banyak data-data kesetiaan yang tersimpan rapi dalam bilik-bilik jejak perjalanan kerinduannya.

Selasan sendiri merupakan salah satu platform media spiritual di antara banyak media-media serupa. Apabila media sosial memiliki kecerdasan buatan, maka dalam media spiritual ini juga memiliki kecerdasan ilahiah yang terus bergetar segala pencarian dan asihnya untuk kembali menuju ke habitatnya.

Komersialisme dalam media sosial pun menjadi hal yang lumrah, tanpa harus ada embel-embel kapitalisme. Dengan investasi triliunan dollar, sudah sepantasnya jika bisnis dalam media sosial menjadi bisnis yang paling menguntungkan. 

Meski begitu, media spiritual ini juga memiliki pusat konsentrasi kepada Sang Maha Kapitalis. Bahkan hanya butuh modal telo, kacang, atau pisang godhog yang disandingkan dengan kopi hitam dirasa tetap menyiratkan banyak keuntungan. 

Toh, baik-buruk manusia tidak akan membawanya kepada kekekalan, karena pada akhirnya hanya akan menapaki satu kepastian innalillahi wainna ilaihi rojiun.

Dilema itu selalu datang sebagai ujian. Jangankan sebuah perkumpulan, diri sendiri pun pasti merasakan sebuah dilema. Jika dilema bersifat pribadi, maka pudarlah. 

Akan tetapi, jika dilema itu bersifat komunal, hal itu terbantah dengan kesungguhan dan kesetiaan para pejuang yang tetap menjaganya. Karena apapun dilema itu, sesungguhnya tergantung pada diri memandang dilema tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun