Kita hanya memiliki kendaraan-kendaraan jasad dengan kaki-kaki yang lemah. Kita tak akan mampu melalui panjangnya satu lorong jalanan ini. Berulang kali kita terjatuh dan memberikan pelajaran melalui pengalaman yang telah dihadapi. Ketika kita bangkit kembali, dari siapa kebaikan itu datang? Apakah itu karena pengetahuan dan ilmu kita? Melalui kata-kata bijak para motivator?
Berapa lama kita menempuh pendidikan? Manakah yang lebih melekat antara pengetahuan yang telah diajarkan dan pengalaman-pengalaman yang telah diberikan? Kita cenderung tidak memperhatikan pengalaman-pengalaman yang penuh muatan cinta. Sebaliknya kita justru sering melupakan dan meninggalkannya terutama yang lebih banyak mengajarkan tentang luka.
Sedangkan sanad-sanad pengalaman yang begitu banyak menyiratkan asih dan sayang dibiarkan menguap begitu saja. Namun, sepertinya sanad ilmu lebih laku di pasaran daripada sanad pengalaman, yang terikat karena nasab-nasab pertemuan karena cinta yang sama. Tidakkah, cinta itu juga akan diuji?
***
15 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H