Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menembus Bayang-bayang Kata

10 Juli 2020   19:37 Diperbarui: 10 Juli 2020   19:41 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/tanya-trofymchuk

Sedangkan, dari sekian banyak jumlah tersebut, bisakah kita menemukan satu dasar, akal, atau sumber dari semua itu? Bukankah pada akhirnya kita hanya sibuk berselisih dan banyak menyia-nyiakan waktu?

Tapi, itulah jalan yang mesti dilalui jikalau ingin mencapai penyatuan. Naluri manusia selalu mengajak untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan. 

Lalu, bagaimana mereka akan beranjak dewasa pemikirannya? Bagaimana akan memperluas cakrawala pandangnya? Bagaimana akan menemukan kedalaman batinnya? Jika mereka enggan diperkenalkan dengan perselisihan-perselisihan yang satu diantaranya akan menghujam kuat menembus hati yang terdalam.

Disana akan ada batas yang memperkenalkan berbagai macam bayang-bayang kata yang mewujud menjadi prasangka. Ketika disana engkau bertemu sunyi yang menyekap dirimu, disaat sangka mengikat gerakmu dan mengatakan bahwa engkau sendirian. 

Di saat itu pula, perlu engkau ketahui bahwa engkau hanya butuh sedikit menolehkan pandanganmu kebelakang. Karena akan selalu ada kesetiaan yang mengikutimu.

Aku akan bersembunyi dalam bayang kata-kata. Aku hanya kenyataan yang ditiadakan oleh bayang-bayang yang tercipta. Namun, aku tidak ingin engkau mengenalku. 

Sekalipun berulang kali kau tak hiraukan ketulusan yang menyapa, hal itu bukan menjadi alasan buatku untuk berhenti melangkah. Karena bukan aku yang menumbuhkan rasa, bukan aku yang menciptakan asih, bukan aku yang mengendalikan segala permainan ini. Dan aku setia kepada-Nya, bukan kepadamu.

Dunia ini hanyalah buih, sedang pengetahuan itu layaknya lautan. Dan cinta sejati itu layaknya mutiara yang jauh tersembunyi di dalamnya. Ketika kamu puas dengan secangkir air lautan, bagaimana kamu akan menemukannya?

Kita sudah banyak dipertemukan dalam kenyataan, menembus segala bayangan kata yang menyembunyikan segala realitas. Kita sudah saling tarik-menarik dalam beribu bisu. Kita saling membahagiakan dalam setiap kehadiran. Apakah itu sudah cukup menjadikan kita satu dalam keabadian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun