Contoh, mencuri adalah kegiatan yang tidak dibenarkan. Orang-orang pada umumnya hanya akan banyak nyinyir tentang perbuatan tersebut. Tapi, bukankah dari hal tersebut kita lebih banyak mengetahui dan mengenal makna atas suatu tindakan. Beruntung, bukan diri ini yang dijadikan contoh mengajarkan suatu kegiatan yang dlarang.
Kita hanya sibuk nyinyir dan menjadi makelar atas apa yang telah diperbuat oleh diri. Yang sering terjadi bukan proses mengasah intelektual bersama, namun menanti sesuatu untuk segara dijatuhkan. Belum lama ini kita diingatkan oleh SImbah tentang ayat yang berhubungan dengan para pengghibah.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (49:12)
Lantas, jikalau akhirnya kita hanya berdiam diri karena lebih banyak mencari tau ke dalam diri, sehingga nampak kurang menyapa kanan atau kiri ketika berada di tengan kerumunan. Itupun akan jadi bahan pergunjingan suatu saat nanti.Â
Jadi, hidup tak akan lekang dari sebuah majelis rasan-rasan (nyinyir) yang akan tamat jika peran dan tanggung jawab di tengah majelis itu sudah selesai. Dimanapun. Tentu dalam waktu yang sudah ditentukan. Apakah sudah siap menjadi seorang pendusta?
"Robbana dholamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khosirin."
25 Juni 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H