Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesombongan Menyambut Fitrah

22 Mei 2020   23:50 Diperbarui: 22 Mei 2020   23:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan jika dalam menyambut nuansa yang terbangun adalah budaya membeli sesuatu yang baru, dengan mengindahkan resiko terjangkit suatu penyakit bukan berarti sekonyong-konyong dilakukan tanpa ketakutan, kesadaran ataupun kesiapan. Dan jangan biarkan sangkaan tentang sesuatu yang baru lebih banyak mengarah ke ranah kesombongan.

Pernah salah satu sahabat Rasul bertanya kepada, "wahai Rasulullah Saw., sesungguhnya seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus." Kemudian Rasulullah bersabda, "sesungguhnya Allah Maha Indah, dan Dia menyukai keindahan." (HR. Muslim)

Dengan semakin dekatnya hari raya Idul Fitri, salah satu nilai itu hilang terdegradasi oleh daya ilmu pengetahuan manusia sendiri. Kesombongan akan ilmu membuat manusia mengalami kedangkalan untuk memaknao dan menerima segala kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. 

Padahal, bukankah seharusnya dengan semakin majunya ilmu akan menambah daya memperluas ruang untuk dapat menampung nilai apapun? Untuk lebih memilih berprasangka baik daripada berprasangka sebaliknya.

"Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong." (16:23) Sombong disini bisa jadi berlaku bagi mereka yang  sedang mengusahakan keindahan untuk menyambut hari yang fitrah. Untuk mencari perhatian kepada Tuhannya yang suka dengan keindahan. Meski, hal tersebut tak lantas bisa lepas dari sangkaan manusia selama masih hidup. 

Akan tetapi, biarlah hanya Tuhan yang mengetahui rahasia ketulusan yang tersimpan di tiap-tiap hati manusia. Urusan manusia dengan menusia seharusnya adalah saling mengamankan dan menggembirakan yang bisa dicapai apabila ada saling berendah hati, bukannya saling mengecam dan saling melempar kesalahan yang dilakukan dengan saling meninggikan hati alias sombong.

"Sombong adalah orang yang berlaku sombong terhadap kebenaran sehingga tidak mau menerimanya dan merendahkan orang lain, dan menganggap mereka tidak memiliki nilai apapun." (HR. Muslim)

Lalu, sudahkah kita mempersiapkan kerendah-hatian, setidaknya dalam kesempatan terakhir Ramadhan ini? Atau justru semakin tegas akan menyatakan perang kepada mereka atau golongan yang pemikirannya tidak sejalan? Masihkah kita simpan kesombongan meski sebiji sawi dalam menyambut fitrah?

29 Ramadhan 1441

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun