Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadan feat Coronavirus, Konser Indah Menuju Fitrah

23 April 2020   16:31 Diperbarui: 23 April 2020   16:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya, kita semua sudah berdiri di depan pintu masuk bulan yang penuh berkah. Hal ini tidak berarti di bulan-bulan lain terdapat limpahan berkah yang berbeda. 

Perbedaan ini sebenarnya didasari pada tingkah laku diri sendiri yang tidak biasa. Kita akan memasuki wilayah yang penuh dengan hal-hal yang tidak mengenakkan.

Lho, kenapa justru tidak enak? Siapa yang suka dengan datangnya bulan ini. Sekalipun spanduk-spanduk hingga status-status media sosial tersebar kesan menyambut, namun hal itu tak lebih dari sekedar tren. 

Bagaimana tidak? Di bulan ini, menurut Simbah dunia seolah ada di depan mata kita, akan tetapi kita diberikan kewajiban untuk menahannya, untuk tidak menyantapnya.

Apakah puasa hanya sekedar menahan lapar dari terbit hingga terbenamnya fajar? DIsaat cahaya menyinari seantero permukaan bumi hingga menampakkan benda-benda yang berkilauan dan menyenangkan mata sekaligus perut. 

Menahan diri adalah sebuah keberkahan dan salah satu bentuk ibadah yang diwajibkan selama bulan Ramadhan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. 

Perubahan tingkah laku dari mengumbar menjadi menahan yang dilakukan secara bersama-sama membuat Tuhan lebih menegaskan sifat Maha Memberi-Nya terhadap para hamba-Nya.

Kedatangan Bulan Ramadhan bisa menjadi momentum atas jawaban kekhawatiran masyarakat terhadap bencana pandemi yang sedang dihadapi. Sembari melakukan upgrade kepekaan spiritual, berpuasa juga mampu menjadi bantalan kuda-kuda misal bencana pandemi ini tak kunjung berlalu sehingga menimbulkan musim paceklik bagi kehidupan manusia.

Simbah berkali-kali mengingatkan, "lapar itu baik, yang tidak baik adalah kelaparan." Menolong itu baik, yang kurang baik adalah berpura-pura memberikan pertolongan. 

Menanam itu baik, yang kurang tepat adalah terpaksa menanam sesuatu. Apalagi kalau semua itu dilakukan dengan banyak kalkulasi perhitungan untuk-rugi, cukup-tidak cukup, sehingga memicu timbulnya masalah yang lain karena ketidakseimbangan antara keinginan dan harapan.

Setidaknya, kita bisa memetakan bahwasanya bencana pandemi ini tidak berpengaruh kepada tumbuhan sehingga produksi sayur-mayur dan kebutuhan pangan seharusnya aman. 

Permasalahan ada di daya beli yang semakin menurun atau permainan para tengkulak atau distributor dari petani ke pasar-pasar. Saya sendiri memiliki teman di daerah pegunungan dengan rutinitas hariannya selalu berhubungan dengan ladang dan bercocok tanam.

Beliau orangnya sangat baik, jika kemandirian pangan memang sangat dibutuhkan sebagai sebuah tindakan antisipasi, teman saya ini rela memberikan pengetahuan atau mungkin memberikan bibit dengan pupuknya sekaligus. Bahkan, dirinya rela jika sistem barter diberlakukan kembali ketika memang kemampuan beli sudah pada taraf yang akut.

Sekali lagi, Bulan Ramadhan adalah momentum untuk menyiapkan langkah dan menentukan kuda-kuda jika memang kekhawatiran paceklik itu benar-benar akan datang menyapa. 

Dengan berbekal puasa selama Ramadhan, mungkin saja solusi mudahnya adalah menerapkan laku puasa pada bulan-bulan yang lain tanpa ada ikatan kewajiban. 

Mungkin saja, laku puasa itu nantinya menjadi sikap menawar mereka yang benar-benar menghamba sehingga Allah merasa tidak tega atas bencana pandemi yang berlarut-larut.

Kita akan segera memasuki ruang yang mungkin akan berbeda dari yang biasa dilakukan. Tingkat menahan diri mungkin akan berada pada level yang tidak seperti biasanya. Kita akan dihadapkan pada situasi yang mungkin hanya akan kita bersamai sekali sepanjang hidup. 

Daripada banyak energi terbuang hanya untuk mengeluh, pastilah ruang Ramadhan ini akan datang dengan membawa keranjang berkah yang lebih besar dari biasanya khusus untuk tahun ini.

Sebenarnya, hal ini tidak menyengsarakan asalkan kita menerimanya dengan lapang dada, keikhlasan, dan kelembutan. Ini bukan sesuatu yang menghukum, melainkan justru memuliakan. 

SIlaturrahmi selalu kental dalam bulan penuh keberkahan ini, esok akan terbatasi dan dibatai oleh peraturan angkuh yang ingin mengalahkan ancaman kelembutan Coronavirus.

Secara tidak langsung kepekaan spiritual kita juga meningkat ketika puasa dilakukan. Begitu pula dengan kepekaan sosial terhadap lingkungan di sekitarnya. 

Seiring bermain-main dalam arena Ramadhan, sanggupkah kita menemukan solusi atas kelembutan yang sedang menyapa. Ataukah justru kita semakin berulah dan menggunakan kekurangan pangan dan ketidakadilan sebagai alasan untuk tidak melaksanakan kewajiban?

Silahkan bermain-main di bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dengan lebih meningkatkan respon dan kepekaan atas kelembutan-kelembutan yang datang. 

Mari kita sambut dengan kegembiraan bagi yang merayakannya dengan sedikit menahan diri terhadap segala sesuatu yang sering kita sendiri masih anggap sebagai sebuah masalah. Adakah berkah itu datang tanpa usaha, rahmat datang tanpa kesabaran, atau kemuliaan datang tanpa adanya kesengsaraan?

Sekali lagi, mari kita nikmati bersama-sama kesempatan langka ini dengan berkolaborasi bersama tamu spesial, Coronavirus! Nikmati panggung kemegahan yang ada setelah kita memasuki pintu gerbang ini. 

Dengan kesunyian shalat trawih dan keunikan imsak seperti apa yang nantinya akan terdengar. Mari kita kembali menikmati perjalanan menuju fitrah. Marhaban Yaa Ramadhan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun